Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pancasila di "Sangkar Emas"

31 Mei 2020   21:16 Diperbarui: 31 Mei 2020   21:14 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta. Setiap tanggal 1 Oktober diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila untuk mengenang peristiwa pemberontakan PKI pada 30 September 1965. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean).

**

Di Jalan Haji Koteng, Cipondoh, kawasan Tangerang, Banteng, penulis pernah menyaksikan soerang pemelihara burung dengan rajinya membersihkan sangkar burung. Tentu, si burung dimandikan dengan penuh kasih sayang.

“Ini Berlian. Lagi minta disayang,” kata sang pemilik sambil menyebut nama burung kesayangannya itu.

Kala ia bersuara keras sambil meloncat ke segala arah di dalam sangkar, kata sang pemilik, itu pertanda Berlian minta perhatian. Kala udara panas, biasanya ia senang dimandikan.

Kenapa tidak ditempatkan di ruang ber-AC agar lebih nyaman? Tanya penulis.

“Ya, enggak lah. Ia harus hidup seperti di udara bebas meski tetap berada di dalam sangkar. Sangkar ditempatkan di bawah pohon rindang dan selalu diawasi,”  ia menjelaskan.

Berlian telah menghasilkan uang besar bagi sang pemilik. Sebab, dalam berbagai lomba atau kompetisi kicau burung selalu tampil sebagai juara.

Lomba burung berkicau, sebelum pandemi Covid-19, sangat ramai. Perhelatan burung berkicau itu digelar di sebuah lapangan. Pada event itu biasanya ribuan peserta ikut ambil bagian.

“Berlian pernah memenangkan kompetisi itu,” kata sang pemilik dengan bangga.

**

Bercermin dari kisah burung dalam sangkar dan perlakuannya tadi, patut diingat musisi Bartje van Houten (1950-2017). Musisi terbaik Indonesia itu meninggal dunia pada Jumat, 5 Mei 2017. Salah satu lagu kelompok band D'Lloyd itu berjudul Hidup di Bui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun