Nyai Pulung adalah keturunan buyut Cigoler (Njoo kit Tjit) pendiri Klenteng Jamblang. Â Kelahiran nasi Jamblang erat dengan peristiwa pembangunan jalur kereta Api dari pelabuan Cirebon menuju Kadipaten pada 1885.
Para pekerja pemasangan railway kebanyakan berasal dari Kuningan dan Indramayu. Kehidupan para pekerja itu sangat prihatin. Ya, maklumlah saat itu zaman kolonial. Prihatin dengan nasib pekerja, Nyai Pulung dan anggota keluarganya berinisiatif memberi bekal makan gratis.
Lalu, dibuatlah nasi yang dberi menu berupa ikan asin, tempe, tahu, cemplung, bregedel kentang dan sambal yang kemudian dikemas dengan daun jati. Kala itu, dibelakang rumah Nyai Pulung banyak tanaman pohon jati.
Nasi ini kemudian dibagi secara gratis kepada pekerja. Nasi dan lauknya enak dimakan, awet, tidak basi sampe malem dan murah, itulah yang kemudian dikenal sebagai nasi jamblang. Setelah jalur railway kadipaten selesai, Â maka di Jamblang dibangun Stasiun Jamblang. Â
Ke depan, sangat berpotensi sebutan nasi dengan embel-embel di belakangnya akan bermunculan. Jenis nasi dengan ragam menunya itu hadir dengan dilatarbelakangi peristiwa, kondisi lingkungan, asal daerah hingga inisiatif pembuatnya. Semua itu adalah warna dari kekayaan budaya negeri. Yang perlu dijaga, jangan soal nasi kemudian jadi lahan pencarian pencitraan bagi seseorang. Apa lagi dijadikan komiditas politik.
Salam berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H