Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malaikat Tahu Kalau Kamu Sakit Hati

1 Mei 2020   19:25 Diperbarui: 1 Mei 2020   19:26 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Said Didu, melalui ciutannya menyebut Pak Henry sebagai komisaris BUMN kecil.

“Tuduhan anda serius (penghianat). Pak Hendry ini yg dulu salah satu komisaris BUMN kecil ya. Maaf lupa. Yg juga selama ini sebagai PNS tapi jelas memihak saat pilpres. Ngaku ahli komunikasi tapi menuduh dari sumber berita yg salah. Kasihan mahasiswa anda punya dosen tdk kredible,” kata Said Didu.

Sekali lagi, pernyataan Pak Said sungguh menyakitkan. Pasalnya, lebih dari 30 tahun penulis bekerja di BUMN itu. Lalu perusahaan itu seolah perannya dikecilkan, dikerdilkan. Bisa jadi para pejuangnya jika mendengar prihal ini akan kecewa di alam sana.

Melalui tulisan ini penulis tak bermaksud ikut campur perseteruan Pak Said Didu dengan Pak Hendry. Keduanya sama-sama saya hormati. Saya kenal baik dengan Pak Hendry, bergurau dan bercanda pernah dilakukan. Namun hanya tahu sepintas siapa Pak Said Didu kala menjadi pejabat di Kementerian Keuangan.

“Makan apa sih orang ini, pandai sekali?” pertanyaan itu masih melekat kuat dalam ingatan ketika seorang famili yang bekerja di Kementerian Keuangan mengajukan pertanyaan kepada penulis.

Hendry Subiakto. Foto | Antara
Hendry Subiakto. Foto | Antara

Tentu, siapa pun tahu, Pak Hendry itu menjadi komisaris di BUMN (kecil) yang dimaksud Pak Said Didu adalah Lembaga Kantorberita Nasional (LKBN) Antara. Ia memang tidak menyebut secara langsung Antara sebagai BUMN kecil. Tapi, siapa pun tahu bahwa Pak Hendry adalah mantan komisaris BUMN di Perum LKBN Antara.

Antara menjadi BUMN pada era kabinet Indonesia bersatu masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebelumnya kantor berita ini posisinya “abu-abu”, tidak jelas. Disebut berada di bawah pemerintah, ya enggak juga. Tapi, operasionalnya sejak Presiden RI pertama Ir. Soekarno, Antara selalu mensuport pemerintah tetapi juga tetap berpegang pada prinsip kemerdekaan pers.

Antara itu berdiri pada 13 Desember 1937. Jauh sebelum negeri ini merdeka pada 1945. Memang dari sisi keuangan tak sehebat BUMN lain, seperti Pertamina dan PLN dan lainnya.

Namun jangan lupa pula, kantor berita Antara secara tidak langsung ikut memberi kontribusi besar memajukan negeri ini melalui pemberitaannya.

Nah, asal tahu saja, pejuang-pejuang yang memajukan Antara saat itu sungguh luar biasa. Lihat Adam Malik dan rekan-rekannya. Pertanyaannya, upaya apa yang bapak lakukan untuk memajukan BUMN kecil yang bapak maksud. Nihil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun