Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hebohnya Pemprotan Disinfektan di Rumahku

29 Maret 2020   12:16 Diperbarui: 29 Maret 2020   12:24 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas tengah menyemprotkan disinfekta. Foto | Dokpri

Istirahat dulu. Istirahat dulu. Mana kopinya. Ambil. Ambil....di warung. Nanti yang bayar pak erte. Itulah celoteh para petugas penyemprotan disinfektan yang berkeliling bekerja di pemukimanku.

Para petugas 'kagetan' dan amatiran ini hadir untuk menyemprotkan disinfektan sebagai antisipasi agar warga di lingkungan setempat dapat terhindar dari terpaparnya virus corona alias Covid-19.

Dokpri
Dokpri
Sambil menyemprotkan disinfektan buatan pada Sabtu (29/03/200) pagi itu, ketua erte setempat, tepatnya RT/RW - 07/01 Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, ikut membantu para petugas dengan sesekali memberi arahan. Kadang rombongan penyemprot 'dadakan' itu berhenti lantaran kabel listrik terputus sehingga cairan disinfektan tak mengalir.

"Oh, colokan kabel listriknya lepas," ungkap seseorang dengan suara keras.

Tawa riang petugas amatiran ini semakin kencang. Sebab, tanpa diminta para ibu yang ikut menyaksikan mereka bekerja ikut memberi bantuan berupa cairan pembersih lantai. Baru diterima, tetangga sebelah juga ikut memberi kontribusi cairan pembersih lantai dan pemutih.

Terlihat, makin semangatlah mereka itu bekerja.

"Kita tak perlu menunggu petugas penyemprotan (disinfektan) dari kelurahan. Petugas dijadwalkan pada Rabu mendatang," kata ketua erte setempat, Soetarno.

"Itu terlalu lama," sambung sekretaris RT, Hardi Irawan.


**

Partisipasi warga menyemprotkan disinfektan buatan ini sungguh unik. Untuk menyemprotnya digunakan penyemprot pencuci mobil, yang biasa dipakai para tukang pembersih mobil di sejumlah bengkel mobil. Untuk memberi tekanan air pada penyemprotan itu digunakan alat penghisap debu (vacuum cleaner).

Sangat sederhana. Cairan disintektan buatan dibawa berkeliling bersama vacuum celaner oleh pekerja yang kebanyakan remaja setempat. Komandannya, ya Juragan Rijal sebagai ketua karang taruna setempat.

dokpri
dokpri
"Kompak, nih, ye!" ucap seorang yang ikut menyaksikan kegiatan ini.

Pengetahuan cara pembuatan disinfektan buatan ini mereka peroleh dari media sosial. Modalnya, ya nggak banyak sih. Selain pemutih pakaian dicampur air pembersih lantai ditambah lisol sebagai pembunuh bakteri. Komposisi dari tiga material itu secara teknisnya sudah banyak ditayangkan di Youtube.

Lisol, pemutih pakaian dan pewangi pembersih lantai belakangan ini langka di beberapa warung. Di pasar swalayan terbesar di kawasan Pasar Rebu, penulis mendengar langsung keluhan seorang ibu bahwa untuk membeli lisol dan pemutih pakaian tak ada.

Kata petugas, diborong. Kebanyakan pembelinya berasal dari orang kantoran lantaran kebutuhan mendesak. Hal itu terkait makin mahal dan langkanya disinfektan orsinil hilang di pasaran.

**

Tengah istirahat. Foto | Dokpri
Tengah istirahat. Foto | Dokpri
Inisiatif warga membersihkan lingkungan di tengah wabah virus corona yang melanda negeri ini, patut diapresiasi. Gerakan ini belakangan muncul di sejumlah wilayah Jakarta.  Seluruh warga memang sudah diimbau para pakar kesehatan untuk melakukan perlindungan diri dan pencegahan agar tak tertular virus corona.

Menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal sangat dianjurkan. Kita harus sambut upaya mandiri yang ditempuh seperti yang dilakukan anggota karang taruna seperti di atas.  Mensterilkan lingkungan rumah dan membersihkan perabotan rumah tangga, adalah kegiatan yang perlu didorong.

Ke depan, kita juga berharap warga Jakarta disemangati membuat hand sanitizer sendiri. Selain itu, mengimbau membangun tempat-tempat cuci tangan di persimpangan jalan. Tidak perlu mewah, cukup dengan gentong bekas dengan dukungan air mengalir.

Bukankan bersih itu sehat. Bukankah bersih itu bagian dari iman seperti yang diajarkan dalam agama.

Salam berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun