Kontroversial
Jika Abu Jahal yang membenci Muhammad SAW menyebut peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai peristiwa yang tidak masuk akal, hal itu sungguh wajar. Sebab, hingga kini setiap tahun diam-diam peristiwa itu terus jadi bahan diskusi.
Terutama di sekolah dasar, mulai ketika penulis masih sekolah hingga kini. Mengapa? Ya, karena peristiwanya itu terjadi dengan ruh dan jasad Nabi SAW, atau dengan ruh beliau saja, atau itu hanya berupa mimpi.
Bermacam analisis guna mendekatkan peristiwa itu ke nalar manusia, namun tak didapati jawaban memuaskan, baik dengan pendekatan filosifi maupun ilmiah. Yang jelas, melalui ruh manusia di antar menuju tujuan non-materi yang tak dapat diukur dilaboratorium, tidak juga dikenal oleh alam materi.
Jadi, bagaimana orang bisa mempercayainya?
Ya, tak lain karena peristiwa itu dapat dijawab dengan pendekatan iman. Isra’ adalah perjalanan Nabi pada suatu malam dari Masjidil Haram di Mekkah menuju ke Masjid al Aqsa di Palestina, sedangkan Mi’raj adalah perjalanan Beliau dari Masjid al-Aqsa menuju Sidrah al-Muntaha, suatu wilayah yang tak terjangkau hakikatnya oleh nalar manusia. Pada kesempatan itu Rasulullah “bertatap muka” dengan Allah SWT.
M.Quraish Shihab (dalam Sirah Nabi Muhammmad SAW dalam sorotan Alquran dan hadis shahi) menyimpulkan ada hal yang disepakati oleh ulama dalam konteks peristiwa Isra Mi’raj itu, yaitu perintah shalat lima waktu sehari disyariatkan Allah. Shalat lima waktu menjadi wajib sekaligus menggarisbawahi perbedaan kaum Muslimin dengan non-Muslim adalah shalat.
Shalat menurut bahasa berarti doa. Shalat menurut syariat ialah ibadah kepada Allah dengan perkataan dan gerakan tertentu, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dengan shalat akan menjadikan cahaya bagi yang melaksanakan.
Nah, di sinilah peran Abu Jahal?
Harapannya dengan shalat dapat mencegah perbuatan yang buruk, lantaran setiap hari seorang Mukmin selalu mendekatkan diri kepada Allah. Sayangnya, hingga kini spirit Abu Jahal masih tumbuh di tengah masyarakat.
Selama 13 tahun Rasulullah berjuang di Mekkah, yang ditekankan pentingnya tentang keesaan Allah dengan menghindari segala kemusyrikan dan penyembahan berhala. Juga dijelaskan tentang kebangkitan manusia setelah kematian. Setiap amal akan mendapat ganjaran selama hidup.