Penulis ingin sekali berdongeng untuk cucu tersayang di Batam yang pada awal Juni mendatang akan masuk sekolah dasar. Karena penulis bermukim di Jakarta dan belum sempat ke kawasan Muka Kuning, Batam, maka perlu dibuatkan catatan atau poin yang perlu diangkat sebagai bekal tambahan pengetahuan baginya.
Menyambut Hari Dongeng 2020, Eyang yakin, Al Fatih, yang kini duduk di taman kanak-kanak (TK) di Batam akan terpukau dengan kisah Corona. Soalnya Corona itu adalah mahluk tak nyata, tidak dapat dilihat. Senyatanya hadir di permukaan bumi dan ditakuti banyak orang.
Pasti ia akan mengajukan pertanyaan begini. Jika tak dapat dipandang tentu Corona itu adalah mahluk hantu. Hantu, kata ibu guru, tinggalnya di hutan. Mengapa orang kota jadi takut Corona? Apakah Corona sekarang pindah dan tinggal di kota?
Itu baru pertanyaan perkiraan yang akan diajukan jika Corona dijadikan dongeng sebagai pengantar tidur cucu tercintaku itu.
Mengangkat kisah Corona bagi anak usia enam tahun ke bawah sungguh penting. Ia pasti mendengarkan baik-baik. Telepon genggam yang lebih banyak digunakan bermain ‘game’ sehari-hari pasti dilupakannya.
Selain isunya memang terus bergelindung bagai bola salju, juga akan dapat dijadikan perluasan pengetahuan tentang pentingnya kesehatan bagi sang anak ke depan.
Terlebih lingkungan setempat, ibu dan bapak, termasuk para tetangga, sering mendiskusikan Corona di berbagai kesempatan belakangan ini. Sang cucu akan menyerap celoteh orang-orang di sekitarnya.
Boleh jadi, ke depan, Corona akan tercatat dalam lembaran sejarah dan dikenang lantaran kekuatannya luar biasa mengingat manusia sejagat dibuat takut.
Oh, Corona yang dimaksud adalah virus. Sebuah mahluk halus yang bergerak bagai hantu ke berbagai pelosok dunia. Bedanya dengan mahluk halus yang sudah kita kenal selama ini, yang jika kita menyebut mahluk halus, ditujukan kepada jin atau setan terkutuk. Bukan virus.
Tapi, yang dimaksud di sini adalah virus Corona sebagai pembawa penyakit dan dapat merenggut nyawa manusia jika tak diberantas. WHO (World Health Organization), memberikan nama baru pada virus corona yaitu COVID-19.
**
Sesungguhnya sebutan Corona sudah populer sejak dulu. Pada tahun 1970-an, teman penulis yang masih duduk di kelas dua sekolah lanjutan pertama sudah pandai menyetir mobil. Mobilnya merek Corona. Kala itu, jika kita menyebut Corona, otak kita pasti tertuju kepada merek mobil itu.
Kendaraan tersebut tergolong mewah, tapi untuk masa itu saja. Kini sudah jadi kenangan dan masih banyak kolektor mobil menyimpannya sebagai hiasan di garasinya.
Kepada Al Fatih akan kukatakan, Corona sebagai virus harus dijauhi. Kalau ia sebagai benda bergerak seperti mobil, tidak perlu ditakuti. Tetapi jika sudah berwujud seperti hantu, maka harus dijauhi. Karenanya, meski tak nampak wujudnya, Corona itu memiliki tanda-tanda dan harus dikenali.
Apa tanda-tandanya?
Perhatikan jika ada orang batuk. Apakah dia seorang bocah yang menjadi teman di sekolah, orangtua atau guru sekalipun bila batuk mengeluarkan riak dan membuangnya ke sembarang tempat, boleh jadi dapat dicurigai mereka itu tengah sakit.
Riaknya itu berpotensi menimbulkan penyakit, di situ ada virusnya. Harapannya sih bukan Corona, tetapi virus yang tidak berbahaya. Itu baru salah satu tanda yang patut diduga sebagai sumber pembawa Corona.
Yang lain, jika teman atau orangtua yang suhu badannya tinggi. Untuk mengetahui itu, sekarang ini, banyak petugas kesehatan membawa alat pengukur tubuh manusia ke berbagai tempat. Jika didapati orang bersuhu badan tinggi, gejala batuk, pilek dan demam, bisa jadi dapat dicurigai yang bersangkutan terkena Corona.
Kepada cucuku juga penting disampaikan pernyataan Presiden Joko Widodo. Presiden Jokowi mengintruksikan tes cepat (rapit test) virus corona (COVID-19) di sejumlah wilayah yang kuat diduga terinfeksi virus tersebut lantaran melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19.
Pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat (20/3) itu penting diceritakan sebagai bentuk kesungguhan pemerintah membendung virus Corona, seperti di wilayah Jakarta Selatan.
Pasti Al Fatih akan bertanya, mengapa di daerah lain banyak anak sekolah diliburkan? Jawabnya tentu harus dengan bahasa sederhana. Itu dimaksudkan agar setiap orang tidak terkena percikan air ludah ketika bicara.
Istilah kerennya dan sering digunakan oleh Uminya Al Fatih, yang dokter itu, adalah droplet. Droplet adalah percikan ludah atau ingus yang oleh seorang penderita dapat masuk ke saluran atau mukosa lapisan lendir.
Tubuh setiap orang ada lapisan lendir di wajah, lapisan lendir mata, hidung, mulut. Melalui cara itu Corona bisa berpindah. Virus Corona juga bisa berpindah melalui telepon genggam.
Untuk mencegahnya, tidak sulit. Kita harus meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan-makanan yang sehat, berolahraga. Selain itu, harus menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri. Sering mencuci tangan dengan sabut sangat dianjurkan. Di sekolah pun harus tertib.
“Sekarang Fatih ngertikan bahaya Corona, kan?”
Perkiraan penulis, Al Fatih pasti memberi jawaban dengan menggolengkan kepala. Tandanya ia memang tak paham seluruh cerita dari Eyangnya. Selain bahasanya terlalu melangit baginya, juga karena Corona sama saja dengan kambing hitam.
Di benaknya, kambing hitam bisa berlari cepat ke kebun seperti yang sering disaksikan kala ia berlibur di Pulau Kundur. Kambing itu sulit ditangkap ketika tengah lapar. Demikian halnya dengan Corona seperti itu. Ia sulit ditebak ketika masuk ke suatu kawasan kebun.
Realitasnya, Corona, memang bagai “kambing hitam”. Dipersalahkan, namun tanpa disadari semua itu diawali kesalahan manusia lantaran tidak mengindahkan keseimbangan lingkungan, alam dan menjaga kebersihan.
Padahal, jauh sebelum itu, kita selalu diingatkan untuk menjaga kebersihan (diri) dan peduli terhadap sesama dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Kini nasi sudah menjadi bubur. Sudah kadung. Virus Corona tengah merebak ke seantero jagat. COVID-19 telah “melegenda”. Kini, umat manusia – dari berbagai negara - dituntut membangun kebersamaan, harus bergandeng tangan dalam silaturahim yang kuat dalam memerangi COVID-19. Bagi kita, itu pilihan terbaik.
Salam berbagi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI