Sesungguhnya sebutan Corona sudah populer sejak dulu. Pada tahun 1970-an, teman penulis yang masih duduk di kelas dua sekolah lanjutan pertama sudah pandai menyetir mobil. Mobilnya merek Corona. Kala itu, jika kita menyebut Corona, otak kita pasti tertuju kepada merek mobil itu.
Kendaraan tersebut tergolong mewah, tapi untuk masa itu saja. Kini sudah jadi kenangan dan masih banyak kolektor mobil menyimpannya sebagai hiasan di garasinya.
Kepada Al Fatih akan kukatakan, Corona sebagai virus harus dijauhi. Kalau ia sebagai benda bergerak seperti mobil, tidak perlu ditakuti. Tetapi jika sudah berwujud seperti hantu, maka harus dijauhi. Karenanya, meski tak nampak wujudnya, Corona itu memiliki tanda-tanda dan harus dikenali.
Apa tanda-tandanya?
Perhatikan jika ada orang batuk. Apakah dia seorang bocah yang menjadi teman di sekolah, orangtua atau guru sekalipun bila batuk mengeluarkan riak dan membuangnya ke sembarang tempat, boleh jadi dapat dicurigai mereka itu tengah sakit.
Riaknya itu berpotensi menimbulkan penyakit, di situ ada virusnya. Harapannya sih bukan Corona, tetapi virus yang tidak berbahaya. Itu baru salah satu tanda yang patut diduga sebagai sumber pembawa Corona.
Yang lain, jika teman atau orangtua yang suhu badannya tinggi. Untuk mengetahui itu, sekarang ini, banyak petugas kesehatan membawa alat pengukur tubuh manusia ke berbagai tempat. Jika didapati orang bersuhu badan tinggi, gejala batuk, pilek dan demam, bisa jadi dapat dicurigai yang bersangkutan terkena Corona.
Kepada cucuku juga penting disampaikan pernyataan Presiden Joko Widodo. Presiden Jokowi mengintruksikan tes cepat (rapit test) virus corona (COVID-19) di sejumlah wilayah yang kuat diduga terinfeksi virus tersebut lantaran melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19.
Pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat (20/3) itu penting diceritakan sebagai bentuk kesungguhan pemerintah membendung virus Corona, seperti di wilayah Jakarta Selatan.
Pasti Al Fatih akan bertanya, mengapa di daerah lain banyak anak sekolah diliburkan? Â Jawabnya tentu harus dengan bahasa sederhana. Itu dimaksudkan agar setiap orang tidak terkena percikan air ludah ketika bicara.
Istilah kerennya dan sering digunakan oleh Uminya Al Fatih, yang dokter itu, adalah droplet. Droplet adalah percikan ludah atau ingus yang oleh seorang penderita dapat masuk ke saluran atau mukosa lapisan lendir.