Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Arab Saudi Tidak sedang Berbisnis

10 Maret 2020   10:06 Diperbarui: 10 Maret 2020   11:44 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sang Ustaz tengah memberi ceramah dengan bahasan Corona. Foto | Dokpri

Baru kali ini penulis menyaksikan seorang ustaz memberi tausiyah dengan bahasan Virus Corona atau COVID-19 tidak seperti kebanyakan di tempat lain. Ia mengangkat contoh tokoh muslim dengan tidak menyebut sepatah kata pun menyalahkan pihak lain namun mengedepankan kebersamaan untuk keselamatan umat.

Selama ini penulis sering menyaksikan ceramah ustaz dengan pandangan Corona sebagai penyakit kutukan dan peringatan kepada umat manusia lantaran Tuhan memandang manusia sudah berdosa terlalu banyak.

Di tempat lain, selalu saja dijumpai penceramahnya mengangkat dari sisi perbuatan manusia sehingga Allah murka. Enggak salah sih, tapi sepertinya kalau begitu melulu sepertinya khasanah materi pembahasannya kering. Malah bukan memotivasi, namun terkesan menakuti umat. Ujungnya, seolah umat Muslim telah tertutup peluang untuk menunaikan ibadah umrah dan haji karena dosanya.

Tapi, ia justru mengangkat dari sisi lain. Yaitu hubungan antarmanusia yang harus saling menguatkan dalam ikatan silaturahim. Menghilangkan rasa egois berlebihan dan mengedepankan musyawarah untuk kepentingan bersama guna menghindari wabah penyakit yang tengah berkecamuk.

Cantik cara penyampaiannya. Retorikanya juga memikat. Sayang penulis tak tahu nama sang ustaz ganteng dan tampil mengenakan baju gamis sederhana itu.

Suasana seusai subuh diisi ceramah. Foto | Dokpri
Suasana seusai subuh diisi ceramah. Foto | Dokpri
**

Ceritanya begini. Penulis pada Sabtu (7/03/2020) melakukan perjalanan ke Lampung. Bertandang ke kediaman salah seorang famili. Perjalanan menggunakan bus umum. Lelah sangat terasa. Ketiba tiba di lokasi, sambil menanti waktu Subuh, tak jauh dari tempat situ terdengar suara azan.

Ya, suara azan melalui sebuah pelantang dari masjid kecil nan elok. Tepatnya Masjid Nur Sa'id, Lampung.

Maka, shalatlah kami dengan beberapa anggota keluarga di situ. Begitu masuk, wuih nampak keren sekali tuh masjid. Mimbar terkesan luas dengan dinding dilapisi wallpaper, tempat khotib terbuat dari kayu jati berukir. Sekeliling mimbar dikhiasi ukiran. Belum lagi karpetnya empuk dan terasa nyaman ketika digunakan.

Seusai shalat, disusul ceramah. Sambil menanti persiapan, petugas menyiapkan meja dan memindahkan peralatan pengeras suara. Di belakang tak kalah sibuk, beberapa orang menyiapkan seruputan kopi khas lokal. Yaitu, kopi Lampung yang terkenal itu dilengkapi makanan kecil.

Kelihatannya semua sudah siap menerima tausiyah. Kita pun menyeruput kopi yang disajikan di hadapan para hadirin yang diduduk bersila.

Wuih, enak sekali. Dengarkan ceramah menambah ilmu namun tak perlu susah mencari segelas kopi di pagi hari. Kata orang bijak, nikmat apa lagi yang kau dustakan. Hehehe...

**

Petugas menyuguhkan kopi. Foto | Dokpri
Petugas menyuguhkan kopi. Foto | Dokpri
Negeri Syam dulu pada zaman khalifah Umar bin Khatab dipimpin seorang gubernur. Ia adalah salah seorang dari 10 sahabat nabi yang disebut bakal masuk surga.

Wuih, hebat betul tuh sang gubernur. Meski ia dijuluki sebagai ahli surga, tak membuatnya lantas memimpin negeri itu otoriter. Ia dengan kesederhanaannya dan bergaji besar, mampu bekerja dengan baik. Sebagian hartanya lebih banyak disedekahkan.

Nah, suatu saat khalifah berkunjung ke negeri itu. Kunjungan itu sangat penting mengingat negeri Syam dari sisi geopolitik dan perdagangan sangat strategis. Karena itu sang khalifah merasa penting mengunjungi negeri itu.

Kunjungan kerja sang khalifah saat itu tidak seperti sekarang, misalnya didahului berkirim surat atau menggunakan saran SMS dan WA.

"Dulu nggak ada," kata sang ustaz yang disambut tawa hadirin.

Nah, di perjalanan sebelum tiba di ibukota negeri itu, rombongan mendapat kabar bahwa di Syam tengah berkecamuk wabah penyakit. Khalifah Umar tak cepat mengambil keputusan apakah meneruskan perjalanan atau tidak.

Ia lalu bermusyawarah dengan anggota rombongan. Tak diperoleh keputusan memuaskan. Lantas, rombongan pertama dimintai pendapatnya. Yaitu pimpinan kelompok Muhajirin. Tak diperoleh jawaban memuaskan karena sebagian menyetujui dan sebagian lagi menolak melanjutkan perjalanan dengan argumentasinya masing-masing.

Kemudian, khalifah meminta pendapat kelompok Anshar. Ya, hasilnya sama saja. Pendapatnya terpecah dua, tak ada kesepakatan bulat. Tentu saja sang khalifah tak dapat mengambil keputusan.

Terpikirlah oleh sang khalifah. Ia memanggil seorang tokoh Quraisy. Hadirkan pembesar-pembesar Quraisy yang berhijrah di masa pembebasan Makkah.

Dianjurkan agar tak melanjutkan perjalanan karena di sana tengah diserang wabah penyakit. Maka, mantaplah sang khalifah untuk mengambil keputusan.

Namun tak lama kemudian munculah pesan dari sang Gubernur dari Negeri Syam. Umar dinilai lari dari takdir. Nah, lantaran yang menyampaikan pesan itu adalah seorang ahli surya, Umar kembali kepada keraguannya.

Barulah keputusan Umar menjadi mantap setelah mendengar penjelasan Abdurrahman, yang juga oleh Rasulullah disematkan kepada dirinya sebagai ahli surga.

Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya."

Di berbagai literatur, tercatat beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW yang wafat akibat wabah. Diantaranya: Yazid bin Abu Sufyan, Muadz bin Jabbal, Ubu Ubaidalah, Syarhbil bin Hasanah, Al Fadl bin Al Abbas. Saat wabah tha'un (kolera) menyerang Syam tahun 18 Hijriyah. Sebanyak 25 ribu kaum Muslimin wafat.

Pelayanan memuaskan. Foto | Dokpri
Pelayanan memuaskan. Foto | Dokpri
**

Poin penting dari ceramah sang ustaz di Masjid Nur Sa'id Lampung ini adalah ketika menghadapi musibah wabah tak bisa diselesaikan satu pihak. Perlu kebersamaan semua pihak. Terlebih seperti wabah Corona, badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan prosedur penanganannya bagi seluruh pemangku kesehatan di berbagai negara.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Laman Alodokter menyebut, di banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Kita pun kini memahami bahwa Virus Corona atau COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti hidung berair dan meler, sakit kepala, batuk, nyeri tenggorokan, dan demam; atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada.

Kita pun bersyukur, Indonesia dapat mengindahkan seluruh prosedur itu.

Namun ketika ditanyai, mengapa Indonesia tidak memberi kontribusi kepada Arab Saudi mengingat kita punya pengalaman ketika wabah kolera tempo lalu.

Masjid yang mungil dan indah. Foto | Dokpri
Masjid yang mungil dan indah. Foto | Dokpri
Kala itu, Indonesia dan Arab Saudi bekerja sama. Salah satunya Indonesia membangun asrama haji sebagai tempat karantina sebelum umat bertolak menunaikan ibadah haji.

Menyikapi itu, sang ustaz mengatakan, jauh sebelum diumumkan virus Corona menyerang beberapa orang, Indonesia sudah dinyatakan sebagai satu dari beberapa negara dalam daftar terjangkit Corona. Jadi, dalam hal ini, pejabat kesehatan Arab Saudi punya hak memasukannya dalam daftar meski baru sebatas kecurigaan.

Arab Saudi lebih mementingkan keselamatan umat. Otoritas kesehatan Arab Saudi kini tengah berupaya agar penyelenggaraan haji dan umrah berlangsung seperti sedia kala. Arab Saudi tidak sedang dalam posisi berbisnis, apakah itu dalam penyelenggaraan umrah dan haji.

Jadi, semua pihak diharapkan dapat memahami kondisi tersebut sambil terus diimbau berdoa, seperti membaca qunut nazilah, agar COVID-19 segera berlalu.

Salam berbagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun