Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Editor "Karbitan" Ikut Warnai Kualitas Pers

9 Februari 2020   18:01 Diperbarui: 9 Februari 2020   18:14 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, ruang redaksi kantor berita Reuters. Foto | Antara

Buah yang matang dikarbit dapat dipastikan kualitasnya jauh berbeda dengan matang secara alami. Nggak percaya? Coba bandingkan durian yang matang dikarbit dengan durian runtuh, pasti Anda akan lebih menyukai mengonsumsi durian matang dan jatuh dari pohon.

Karenanya, jika ada orang memperoleh keberuntungan sering disebut yang bersangkutan mendapat durian runtuh. Ya, tentu buah tersebut masak dari pohon. Nah, bagi penggemar durian, kala membeli buah berduri di sejumlah kawasan penjual durian harus hati-hati dalam memilihnya.

Inginnya sih mendapatkan durian yang matang dari pohon. Tapi, realitasnya, itu langka. Lantaran mulut tak tahan, akhirnya -- dengan rasa terpaksa -- buah karbitan yang tersedia dipilih dengan pertimbangan menurut pengalaman dan ilmu durian yang didapat. Hehehe.

Kamus Bahasa Indonesia tak memuat arti kata karbitan. Namun ada penjelasan bahwa karbit berasal dari nama kimia Kalsium Karbida yang biasa dipakai untuk memeram buah agar cepat matang. Kita juga sering mendengar sebutan las karbit, yang berasal dari zat yang sama.

Lalu kita pun sepakat bahwa karbitan mengandung makna proses mematangkan di luar proses normal. Kadang, matang dipaksa.

Kisah karbitan senyatanya tak hanya terjadi pada dunia buah-buahan, yang masak dipaksa agar cepat dapat dikonsumsi. Di kalangan pers, dunia jagat jurnalistik, juga didapati. Sudah tentu ini adalah kabar buruk bagi kalangan insan pers yang sehari-hari memburu sumber berita dan mewartakannya ke publik.

**

Sungguh menggembirakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat hadir pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2020 yang digelar di Kawasan Perkantoran Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru, pada Sabtu, 8 Februari 2020.

Ada hal yang menarik. Yaitu, pernyataan Jokowi sekali ini mengesankan sanjungan kepada insan pers. Ia merasa menyesal pernah sekali tidak ikut hadir pada peringatan HPN.

"Selama jadi presiden, sekali saya tidak hadir di HPN, tapi saya kapok, sekarang saya usahakan hadir, ini mau ke Canberra, Australia, saya belokan ke sini dulu. Karena insan pers adalah sahabat saya," ujar Jokowi.

Selama lima tahun pertama menjabat sebagai presiden hingga kini, Jokowi menilai pers tetap mengkritik, baik kritik yang pedas kurang pedas dan biasa saja. Kala Pemilu 2019 berlangsung, pers memainkan perannya sebagai penyampai informasi sekaligus mengkeritisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun