Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kok, Beraninya Ade Armando "Melawan" Rocky Gerung?

30 Januari 2020   10:44 Diperbarui: 30 Januari 2020   13:04 2740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rocky dan Ade ketika tampil di KompasTv. Foto | Tribunnews.com

Tak habis pikir. Kok, beraninya Ade Armando "melawan" suhunya Rocky Gerung. Awalnya sih penulis biasa saja menyikapi pernyataan Ade Armando melalui lamannya ketika ia mengulas prihal Rocky Gerung. Pengamat sosial politik itu belakangan ini dinilainya makin ngaur dalam berbagai komentarnya.

Dalam berbagai ulasannya, Ade Armando sering mengangkat isu keagamaan. Utamanya yang tengah aktual. Mulai dari peristiwa ringan hingga rada berat. Ia pun kemudian selalu menutup rangkaian kalimatnya dengan mengajak umat untuk menggunakan akal sehat dalam beragama dengan harapan agama memberi manfaat.

Wuih, keren deh. Sehingga dari ulasannya itu mendorong penulis untuk membuka tafsir ilmi dan terjemaah Alquran. Kalau-kalau ada yang keliru dengan maksud untuk menghubunginya agar Ade Armando cepat memperbaiki.

Tapi, sampai saat ini, ya belum pernah si menghubunginya.

Menariknya, pada Kamis pagi ini kok penulis jadi terdorong untuk mengungkap perasaan seputar pernyataan Ade Armando. Pasalnya, ia telah berani melawan suhunya, atau seniornya dari Universitas Indonesia (UI). Ini barang langka, seorang akademik beraninya menantang sang suhu.

Tentu Ade, yang sehari-hari ulasannya telah memikat isteri penulis melalui lamannya, telah memahami bahwa dalam perspektif Islam, seorang santri yang melawan ustaznya dapat dikatagorikan sebagai murid yang tak tahu adab.

Kalau kita lihat pengertian adab dari berbagai literatur adalah adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama. Tegasnya, Ade Armando dalam kaitan ini telah durhaka kepada sang suhu lantaran ia tak tahu etika.

Dalam dunia pesantren, seorang santri harus hormat kepada kiyai. Termasuk ustaz di lembaga ia belajar. Sebab, di situ seorang santri memetik pelajaran bukan saja dari kata per kata melalui kitab yang sehari-hari dibaca tetapi memetik contoh yang diberikan sang ustaznya.

Namun penulis menyadari, yang beginian dalam akademik tak berlaku. Artinya, dalam dunia kampus,  seperti penulis jalani di  Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta hingga Universitas Tanjungpura Pontianak, tempo dulu, hal itu tak berlaku.

Jadi, jika saja sang dosen (suhu) tak memberikan teladan dengan baik bagi mahasiswanya, ya ditinggalkan saja. Apa lagi jika itu sudah masuk ranah pribadi dan cenderung tak objektif lagi dalam memberikan argumentasi.

Logika dalam adab di dalam dunia akademik memang berbeda. Kekuatan argumentasi, dukungan data dan fakta ilmiah sangat menentukan. Hal itu juga berlaku ketika berceloteh di muka publik. Celotehnya harus tetap terkontrol dan menjauhi kepentingan pribadi. Nah, justru di sini Ade Armando memandang suhunya telah ngaur.

Jika saja kisah ini dianalogikan antara murid dan guru dalam dunia persilatan, pasti seru seperti cerita kungfu yang ditulis  Kho Ping Hoo. Hehehe...

**


Nah, sampai di sini penulis memahami argumentasi Ade Armando mengapa begitu beraninya "melawan" sang suhu Rocky Gerung yang berasal dari kampus yang sama. Rocky memang sering memainkan kata dengan kosa kata "dungu". Kata dungu itu ia maksudkan mungkin guna melukiskan seseorang yang menjawab pertanyaan tanpa berpikir sistematis.

Jika kita ingin ikut cara berfikir Rocky seperti sekarang, menurut penulis, ya sulit. Bukankah Rocky mengakui adanya keberagaman, rambut boleh sama hitam, tetapi hati dan pikiran orang berbeda. Cara berfikir satu suku atau bangsa sangat dipengaruhi lingkungan dan pendidikannya.

Tapi biarlah Rocky asyik dengan kata "dungu" yang sering dipakainya itu. Yang menarik perhatian penulis adalah ada apa dengan Ade Armando sehingga tak lagi mengaguminya seperti kala masih muda. Apa bedanya Ade Armando yang dulu ketika menjadi pengagum Rocky dengan Ade Armando yang sekarang sudah berseberangan.

Kedua orang itu sudah berbeda. Hal itu tergambar di layar kaca, misalnya kala tayangan program Rosi. Kala itu dibahas mengenai radikalisme yang disebut Rocy bahwa Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) telah menebar ketakutan.

Pada pertemuan tersebut pembawa acara mengajak para narasumber untuk memberi solusi atas munculnya radikalisme. Pemerintah menempatkan beberapa menterinya yang berlatarbelakang tentara dan polisi dalam kabinet yang digambarkan sebagai keseriusan dalam melawan radikalisme.

Lantas, kala Ade Armando berbicara dan ingin meletakan persoalan radikalisme secara proporsional pada pembicaraan tersebut, Rocky cepat-cepat memotong pembicaraan dan secara tak langsung menyerangnya sebagai pembela Jokowi. Tentu saja hal itu dibantah.

Ade menilai Rocky sudah tak seperti dulu lagi. Egois dalam bicara dan tak mampu lagi menjadi orang kuat. Orang kuat bukan saja fisik tetapi mampu mendengarkan pembicaraan orang lain.  Itu terjadi setelah ia menjadi pendukung Prabowo Subianto kala berlangsung Pilpres 2019 lalu. Nada suaranya masih saja terkesan kecewa pada Jokowi.

Pemerintah telah gagal ciptakan keadilan, lalu diciptakan isu radikalisme. Pernyataan dari Rocky Gerung itu masih tergiang di telinga kita.  Karenanya, Ade sangat berharap Rocky harus berani mengatakan kebenaran. Rocky tak perlu merasa khawatir kehilangan panggung.  

Dalam dunia persilatan, murid dan sang guru memang sering berhadapan di suatu pentas karena suatu kepentingan yang dibelanya. Sangat jarang suhu dapat dikalahkan. Namun bisa saja sang murid keluar sebagai pemenang lantaran terus menerus ilmunya diasah. Sementara sang guru asyik  di atas singgasana tanpa diketahui keempat kakinya keropos dimakan rayap karena kedunguannya.

Salam berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun