Nggak susah, kan?
Awalnya, bayangan penulis pertanyaannya seperti ketika ujian sekolah, yaitu - yang menakutkan ketika disodori lembar soal matematika -- ternyata pertanyaan yang diajukan dengan ramah.
Menariknya, ketika diajukan pertanyaan seputar banjir di rumah. Mengapa paspor sampai bisa terendam dan rusak.
Ya, dijelaskan sebagaimana adanya. Dan petugas imigrasi pun jadi ikut mesem-mesm, tersenyum, ketika mendapat penjelasan bahwa ketika banjir datang anggota keluarga demikian repot dan panik menyelamatkan dokumen.
Sayangnya, pengurusan paspor isteri yang juga rusak akibat banjir masih terkendala. Yaitu, harus menyamakan ejaan nama antara yang tertulis di KK dan paspor yang rusak.
Pada KK, nama berakhiran huruf "y". Sedangkan di paspor tertulis "i". Perbedaan huruf pada nama tersebut harus diselesaikan di kantor Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Sudin Dukcapil) Jakarta Timur.
"Butuh waktu, bu?"
"Nanti dipanggil melalui telepon," kata petugas lagi.
Penjelasan petugas hingga kini masih dinantikan. Pasalnya, sudah tiga kali wara-wiri ke kantor Sudin Dukcapil tak juga mendapatkan hasil. Padahal, data pendukung seperti ijazah dan surat kenal lahir sudah disampaikan.
Hmmm, begitulah balada korban banjir.
Salam berbagi.