Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Cinta Rasulullah dan Peristiwa Gerhana Matahari

27 Desember 2019   14:35 Diperbarui: 27 Desember 2019   14:50 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerhana Matahari. Foto | Indozone

Ada rasa takut untuk menuangkan kisah cinta Rasulullah, Nabi Muhammad SAW ini. Utamanya terkait dengan peristiwa Gerhana Matahari.

Takut?

Ya, punya rasa takut. Pasalnya, Ustaz Haddad Alwi saja yang membaca Selawat Nabi SAW di atas panggung diminta turun. Hadad Alwi pada acara haul almarhum Habib Abdullah Bin Zein Alatas di Sukabumi, Jawa Barat,  beberapa hari kemudian melalui pengacaranya akan membawa masalah itu ke ranah hukum.

Namun beberapa hari kemudian panitia acara, Ustaz Hikmat menyebut tidak ada pengusiran atau menurunkan secara paksa dari panggung saat penyanyi religi itu berselawat. Mana yang benar dari pernyataan itu? Namun jika dilihat fakta melalui video yang beredar, ya sesuai apa adanya.

"Beliau diundang untuk membawakan selawat, sebetulnya bukan diturunkan dari panggung, sebagian (tamu yang hadir) meminta untuk menurunkan tangan saja (saat berselawat), di media sosial kan lagi angkat tangan sebetulnya supaya diturunkan tangan saja," kata Hikmat seperti dikutip detikcom di Kampung/Desa Cikurutug, Kecamatan Cireunghas, Jumat (20/12/2019).

Persekusi terhadap dai oleh kelompok "gagah-gagahan" mengatasnamakan agama mencuat ke permukaan dan mengejutkan publik. Perang pernyataan pun ikut mewarnai media sosial. Lihat Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dari Mekkah menyempatkan diri melemparkan pernyataan ke media sosial atas sikap PBNU yang dinilainya membela Gus Muafid atas ceramanya dinilai menghina Nabi SAW. Meski sudah meminta maaf, tapi ya gitulah.

Penulis hanya berharap tampilnya KH Ma'ruf Amin sebagai Wakil Presiden RI segera dapat mendorong Islam yang damai. Dukungan semua ulama untuk  mengejawantahkan Islam rahmatan-lil-alamin (rahmat bagi semesta) tidak lagi sebagai retorika.

Akhirnya, setelah memasang niat baik, penulis memutuskan untuk menuliskan peristiwa gerhana matahari dengan sekelimut cinta Rasulullah terhadap isterinya. Harapannya sih dapat membuahkan manfaat.

Wuih, kalau sudah bicara cinta, hmmm penulis jadi terasa lebih muda dan bersemangat. Padahal, ehem, sudah punya cucuk.

Animo warga yang tinggi menyaksikan gerhana matahari. Foto | Kompas.
Animo warga yang tinggi menyaksikan gerhana matahari. Foto | Kompas.

**

Sungguh, lantaran ikut shalat Gerhana Matahari di salah satu masjid kawasan Gunung Puteri, Perumahan Bina Marga, pada Kamis (26/12/2019) kemarin, penulis jadi penasaran ingin tahu. Kok, peristiwa Gerhana Matahari punya kaitan dengan wafatnya putera Rasulullah bernama Ibrahim.

Nah, dari sini penulis berfikir, siapa putera Rasulullah bernama Ibrahim itu. Sebelumnya, mungkin masih banyak di antara kita, jika menyebut nama Ibrahim lantas pikiran tertuju kepada Nabi Ibrahim, yang punya pertalian erat dengan agama-agama Samawi. Nabi Ibrahim AS selalu disebut umat Islam (dalam shalat lima waktu), termasuk kala menunaikan ibadah haji. Di sana ada makom Ibrahim, yaitu telapak kaki Nabi Ibrahim yang diabadikan di sisi Ka'bah.

Begini. Dalam perspektif historis tahun ketujuh Hijriah, Nabi SAW menyurati kepada para penguasa di Jazirah Arabia. Termasuk kepada Cyrus (al-Muqauqis), Koptik Agung Mesir di Alexandria. Di sini utusan disambut hangat. Singkat cerita, pihak penguasa setempat menghadiahi dua gadis bersaudara, Mariyah al-Qibthiyah dan Sirin berikut seorang hamba sahaya yang telah dikebiri, dua puluh pakaian buatan Mesir, seekor bagal, sejumlah uang, madu dan wewangian.

Mariyah adalah gadis berasal dari Hifn (sekarang bagian dari Provinsi al- Minya, wilayah Shaid (Upper Egyp) di tepi utara Sungai Nil. Ayahnya orang Mesir bernama Syam'un, sedangkan ibunya penganut agama Kristen berasal dari Byzantium/Romawi.

Kedua bersaudara itu sudah lama tinggal di Istana al-Muqauqis. Keduanya juga tahu kedatangan utusan Rasulullah membawa surat untuk penguasa Mesir itu.  Seusai menyelesaikan tugas, utusan Nabi SAW, Hathib bin Abi Balta'ah, meninggalkan Mesir dan membawa Mariyah dan Sirin berikut hadiah al-Muqauqis lainnya.  Dan sepanjang perjalanan Hathib banyak cerita mengani Mekkah, Madinah dan Nabi Muhammad SAW dan Islam. Lantas, kedua gadis itu dalam perjalanan memeluk Islam.

Setibanya di Madinah, Nabi SAW menyambut gembira hadiah al-Muqauqis dan tertarik kepada Mariyah dan menyerahkan saudaranya Sirin kepada Hassan bin Tsabit.

Sketsa peristiwa gerhana. Foto | Ngopibareng
Sketsa peristiwa gerhana. Foto | Ngopibareng

**

Nah, di sini terasa ada keseruan. Terpilihnya Mariyah oleh Nabi SAW, kendati tidak berstatus sebagai isteri dan Umm al-Mukmin, cukup menghebohkan. Lebih-lebih para isteri Nabi SAW. Mengapa? Lantaran, gadis pilihan Nabi itu berasal dari luar Jazirah Arabia, yakni Mesir, yang pada saat itu terkenal dengan kecantikan, keramahan dan kelincahannya.

Dari hari ke hari keprihatinan isteri-isteri Nabi makin bertambah. Menurut Aisyah ra, isteri sebelumnya, Nabi SAW sering menghabiskan waktu di kediaman Mariyah. Ketika itu Mariyah ditempatkan bukan di kompleks isteri-isteri Nabi SAW, disamping masjid, namun di lokasi tidak terlalu jauh dari masjid. Yaitu, rumah sahabat beliau, Haritsah bin Nu'man.

Pada tahun kedua, perempuan Mesir itu tak percaya akan tanda-tanda pada dirinya sudah hamil. Tak percaya lantaran isteri-isteri Nabi SAW sebelumnya tidak dikaruniai anak melalui Nabi SAW selain Khadijah. Khadijah dikaruniai anak melalui Nabi SAW tetapi telah berlalu dalam waktu lama.

Mariyah menginformasikan tentang tanda-tanda itu kepada saudaranya yang tinggal bersama Hassan bin Tsabit. Sirin meyakinkan Mariyah tentang kehamilannya itu. Rasulullah memang mengetahui Mariyah mengalami "gangguan", namun tak diduga bahwa hal itu merupakan gangguan menggembirakan.

Rasulullah sangat gembira menapati berita kehamilan Mariyah. Dampaknya, ya sangat sulit dilukiskan perasaan isteri-isteri Nabi SAW mengingat lagi dari sisi usia masih berpotensi melahirkan seperti Aisyah. Dan, dengan kehamilan itu, perhatian Nabi kepada Mariyah dan demi kesehatannya, calon ibu itu dipindahkan Nabi ke 'Aliyah, satu lokasi teduh di tepi kota Madinah.

Tepat, pada bulan Dzulhijjah tahun 7, lahirlah putera Nabi SAW yang diberi nama Ibrahim, sesuai nama nabi yang diagungkan para penganut agama Samawi. Kegembiraan Nabi SAW dengan puteranya itu ditunjukan menggendong Ibrahim ke rumah Aisyah. Sambil tersenyum bangga, Nabi berkata: Lihatlah, sungguh mirip ia dengan aku.

Apa jawaban Aisyah yang tak dapat menyembunyikan kecemburuannya: Aku tidak melihat ada kemiripannya denganmu.

M. Quraish Shihab pernah menggambarkan sosok Aisyah dalam sirah Nabi Muhammad SAW bahwa Aisyah  ra adalah isteri Nabi SAW yang paling percaya diri bahwa dialah yang paling dicintai Nabi dari isteri-isterinya selain Khadijah. Karena itu dia percaya diri walau setelah Nabi SAW menikah dengan wanita lain.

Kemudian Nabi paham dan mengetahui dorongan bawah sadar Aisyah sehingga berucap demikian, maka segera membawa pulang kesayangannya itu kepada ibunya sambil tersenyum. Sayangnya, kegembiraan Nabi SAW itu tak bertahan lama. Belum mencapai usia dua tahun, sang anak sakit. Mariyah dan saudaranya merawatnya, namun ketetapan Allah tak dapat dihindari. Ibrahim wafat dipangkuan Nabi SAW.

Gerhana Matahari dilihat dari Singawang. Foto | Kompas.com
Gerhana Matahari dilihat dari Singawang. Foto | Kompas.com

Kendati sedih, Rasulullah tidak lengah dari upaya meluruskan kekeliruan sementara orang yang menduga bahwa gerhana yang terjadi pada hari wafatnya Ibrahim adalah karena kesedihan matahari.

Kita tahu, dulu, peristiwa gerhana selalu saja dikaitkan dengan mitos. Ada yang menyebut matahari ditelan ular, ada yang menyebut orang lahir pada saat peristiwa gerhana akan menjadi penguasa besar. Namun ada yang menyebut membawa kesialan lantaran matahari dan bulan bersedih. Bahkan ada anggota masyarakat saat terjadi gerhana matahari memukul benda-benda untuk mengeluarkan bunyi-bunyian sebagai pengusir mahluk gaib. Sementara orang hamil diminta untuk sembunyi di kolong tempat tidur.

Nabi Muhammad SAW mengatakan, sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda (wujud/kuasa Allah). Tidaklah keduanya gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang, maka jika kalian menyaksikan gerhana maka bersegeralah berzikir/mengingat Allah (HR. Muslim).

Jadi,peristiwa gerhana matahari (bulan) tak punya kaitan dengan kelahiran atau kematian seseorang. Semua itu karena kuasa Allah. Karenanya, umat Muslim sangat dianjurkan shalat sunah Gerhana Matahari sebagai wujud penghambaan kepada Allah.

Jadi, manusia diminta untuk menghamba kepada Allah. Bukan menghamba keopada kekuasaan, kedudukan dan harta. Para nabi mulai Nabi Adam 'alaihis salam (AS), Idris, hingga Ibrahim termasuk nabi lainnya seperti Musa, Harun, Zulkifli, Daud Sulaiman sampai Yahya, Isa dan nabi terakhir Muhammad SAW, semuanya membawa perintah menyampaikan kalimat Laa ilaaha illallaah, yang artinya tiada sesembahan yang benar kecuali Allah. 

Salam berbagi.

Sumber bacaan satu dan dua  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun