Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Cinta Rasulullah dan Peristiwa Gerhana Matahari

27 Desember 2019   14:35 Diperbarui: 27 Desember 2019   14:50 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sketsa peristiwa gerhana. Foto | Ngopibareng

Sungguh, lantaran ikut shalat Gerhana Matahari di salah satu masjid kawasan Gunung Puteri, Perumahan Bina Marga, pada Kamis (26/12/2019) kemarin, penulis jadi penasaran ingin tahu. Kok, peristiwa Gerhana Matahari punya kaitan dengan wafatnya putera Rasulullah bernama Ibrahim.

Nah, dari sini penulis berfikir, siapa putera Rasulullah bernama Ibrahim itu. Sebelumnya, mungkin masih banyak di antara kita, jika menyebut nama Ibrahim lantas pikiran tertuju kepada Nabi Ibrahim, yang punya pertalian erat dengan agama-agama Samawi. Nabi Ibrahim AS selalu disebut umat Islam (dalam shalat lima waktu), termasuk kala menunaikan ibadah haji. Di sana ada makom Ibrahim, yaitu telapak kaki Nabi Ibrahim yang diabadikan di sisi Ka'bah.

Begini. Dalam perspektif historis tahun ketujuh Hijriah, Nabi SAW menyurati kepada para penguasa di Jazirah Arabia. Termasuk kepada Cyrus (al-Muqauqis), Koptik Agung Mesir di Alexandria. Di sini utusan disambut hangat. Singkat cerita, pihak penguasa setempat menghadiahi dua gadis bersaudara, Mariyah al-Qibthiyah dan Sirin berikut seorang hamba sahaya yang telah dikebiri, dua puluh pakaian buatan Mesir, seekor bagal, sejumlah uang, madu dan wewangian.

Mariyah adalah gadis berasal dari Hifn (sekarang bagian dari Provinsi al- Minya, wilayah Shaid (Upper Egyp) di tepi utara Sungai Nil. Ayahnya orang Mesir bernama Syam'un, sedangkan ibunya penganut agama Kristen berasal dari Byzantium/Romawi.

Kedua bersaudara itu sudah lama tinggal di Istana al-Muqauqis. Keduanya juga tahu kedatangan utusan Rasulullah membawa surat untuk penguasa Mesir itu.  Seusai menyelesaikan tugas, utusan Nabi SAW, Hathib bin Abi Balta'ah, meninggalkan Mesir dan membawa Mariyah dan Sirin berikut hadiah al-Muqauqis lainnya.  Dan sepanjang perjalanan Hathib banyak cerita mengani Mekkah, Madinah dan Nabi Muhammad SAW dan Islam. Lantas, kedua gadis itu dalam perjalanan memeluk Islam.

Setibanya di Madinah, Nabi SAW menyambut gembira hadiah al-Muqauqis dan tertarik kepada Mariyah dan menyerahkan saudaranya Sirin kepada Hassan bin Tsabit.

Sketsa peristiwa gerhana. Foto | Ngopibareng
Sketsa peristiwa gerhana. Foto | Ngopibareng

**

Nah, di sini terasa ada keseruan. Terpilihnya Mariyah oleh Nabi SAW, kendati tidak berstatus sebagai isteri dan Umm al-Mukmin, cukup menghebohkan. Lebih-lebih para isteri Nabi SAW. Mengapa? Lantaran, gadis pilihan Nabi itu berasal dari luar Jazirah Arabia, yakni Mesir, yang pada saat itu terkenal dengan kecantikan, keramahan dan kelincahannya.

Dari hari ke hari keprihatinan isteri-isteri Nabi makin bertambah. Menurut Aisyah ra, isteri sebelumnya, Nabi SAW sering menghabiskan waktu di kediaman Mariyah. Ketika itu Mariyah ditempatkan bukan di kompleks isteri-isteri Nabi SAW, disamping masjid, namun di lokasi tidak terlalu jauh dari masjid. Yaitu, rumah sahabat beliau, Haritsah bin Nu'man.

Pada tahun kedua, perempuan Mesir itu tak percaya akan tanda-tanda pada dirinya sudah hamil. Tak percaya lantaran isteri-isteri Nabi SAW sebelumnya tidak dikaruniai anak melalui Nabi SAW selain Khadijah. Khadijah dikaruniai anak melalui Nabi SAW tetapi telah berlalu dalam waktu lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun