Dalam hitungan ini, jika sudah pada posisi Sri atau sandang, itu pertanda bagus, bagus sekali. Sri itu dapat dimaknai sebagai rejeki berlimpah.
**
Sungguh, penulis tak paham tentang hitung menghitung dalam budaya Jawa. Namun orangtua, ketika penulis masih kecil, nenek dan kakek sangat ketat memperhatikan hari lahir, watak bawaan lahir, peruntungan usaha, membangun rumah hingga jodoh sekalipun tak bakal lepas dari perhitungan itu.
Bukan hanya di Jawa Tengan, Jawa Timur, Yogyakarta dan Surakarta yang masih kental dengan hitungan tersebut, di Jawa Barat pun masih berurat akar. Boleh jadi hanya orang-orang yang sudah mengenyam pendidikan di luar negeri, hal semacam itu ditinggalkan.
Meski begitu, jajak budaya hitungan tersebut masih melekat kuat. Coba perhatikan, penghulu punya kesibukan pada bulan-bulan tertentu. Kadang penghulu diminta untuk menikahkan pasangan calon pengantin pada jam, hari, tanggal dan bulan yang sudah ditetapkan. Bila waktu yang sudah ditetapkan dilanggar, sangat diyakini hal itu tak akan melanggengkan perkawinan.
Di kampung atau desa, banyak orangtua minta pendapat kepada kiyai seputar hari pelaksanaan perkawinan putera-puterinya.
Itu berarti, orangtua dalam menikahkan anaknya sangat berhati-hati. Menggunakan perhitungan seperti itu tak hanya berlaku di kalangan orang-orang jadul, tetapi di kalangan pebisnis pun masih kuat melekat. Misal, jika penguasaha menagih hutang pada Jumat pagi diyakini tak membuahkan hasil. Tapi, di atas 12 siang ke atas sangat berpotensi berhasil.
Mengapa bisa begitu?
Ya, kalau pendapat penulis sih sederhana. Perhitungan dalam menjalankan ativitas penting perlu. Sebab, apa pun jenis pekerjaan mulia apabila tidak disertai perhitungan akan membuahkan hasil yang mengecewakan. Karena itu, dalam ilmu manajemen dikenal perencanaan hingga pelaksaan yang didukung pengawasan memadai dan harus baik.
Maksudnya baik belum tentu hasilnya baik. Maksudnya menyejahterakan rakyat jika cara yang dilakukan mengorbankan rakyat, dengan cara mengadu domba, ya tidak menghasilkan catatan pahala di mata Sang Maha Kuasa.
Penulis bukanlah akhli budaya. Bukan juga peramal. Tapi, dalam Islam saja dikenal, dalam sepekan dikenal penghulu hari, yaitu hari Jumat. Dalam setahun ada penghulu bulan yang dikenal bulan Ramadhan. Hari dan bulan yang disebut penghulu tersebut diperintahkan Allah agar umat Muslim memperbayak ibadah.