Lantas, apa upaya anak muda mempertahankan tradisi itu di tengah era milenial ini?
Pengamatan penulis, di berbagai tempat resepsi pernikahan, tradisi yang diubah adalah ketika dilakukan kirab pengantin. Kita tahu bahwa dalam tradisi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta, pengantin yang berjalan ke pelaminan dipandu seorang penari. Penari tradisonal itu membawakannya diiringi musik tradional, dipandu menggunakan bahasa daerah, dalam suasana agung dan sakral.
Untuk di Jawa Barat, khususnya etnis Sunda, kirab pengantin ini dikenal sebagai mapag panganten (sambut pengantin). Penarinya adalah seorang aki atau orang tua yang dikenal dengan sebutan Aki Lengser atau Ki Lengser. Tampil jenaka dan mengundang perhatian pengunjung.
Kesenian orang Sunda ini masih lestari hingga saat ini, meski fungsi Aki Lengser sudah berbeda. Sebelumnya, sering ditampilkan dalam menyambut kedatangan para pejabat atau tamu negara.
Nah, untuk acara kirab atau ki lengser itulah yang dihilangkan. Namun spirit kirab pengantin tetap hadir pada pesta resepsi pernikahan itu. Kemeriahan tetap menyelimuti pada pesta tersebut.
Hal itu nampak ketika Minggu malam (1/12/2019) kemarin penulis menyaksikan resepsi pernikahan gaya milenial dari keluarga tetangga sebelah, Haji Basri dan Hj. Sri Yamah yang menggelar resepsi pernikahan puterinya Tiwi (Endah Sari Pratiwi) dengan Raqy (Chraqy Erdian Suharibowo) di Asrama Haji, Jakarta.
Usai itu, bersamaan dengan iringan musik Barat, anggota keluarga besan datang. Rombongan keluarga Kukuh Suharibowo dan Lily Ba'awad ini berjalan anggun menuju pelaminan, yang menjadi tempat kedua keluarga besar itu menanti kedatangan pasangan pengantin.
Barulah ketika pasangan pengantin datang. Diirngi musik dan dipandu peniup terompet di hadapan pengantin, Â sesekali langkahnya terhenti. Pasalnya, para undangan minta untuk mengambil fotonya. Sementara panitia dari Event Organizer (EO) jadi kerepotan dan bekerja keras membuka jalan bagi sang pengantin menuju pelaminan.
Di sini, sudah tak ada lagi iringian ki lengser atau kirab seperti dalam adat Jawa, tetapi dua anggota keluarga dan pasangan pengantin melenggang di tengah kerumunan para undangan yang mengambut meriah.
Wuih, meriah riah. Â