Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Staf Khusus Jokowi Bukan Katak dalam Tempurung

22 November 2019   22:28 Diperbarui: 23 November 2019   06:16 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tujuh Staf Khusus Presiden Jokowi. Foto | Kompas.com

"Beri Aku 10 Pemuda, Maka Akan Kuguncang Dunia!" (Soekarno).

"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya ...

 "Bari aku 10 wanita cantik pasti akan kutolak karena bisa mengguncang rumah tangga". (Generasi Jadul).

Hehehe

Rasanya, seingat penulis, ucapan Bapak Proklamator itu pernah ditemukan dalam buku "Dibawah Bendara Refolusi". Sayang, buku tersebut ketika dicari di perpustakaan di rumah tak ada lagi.

Sedih. Bisa jadi buku itu hilang digondol anggota keluarga yang meminjam dan tak dikembalikan lagi.

Menarik ucapan Bung Karno tentang 10 pemuda tadi, jika kita renungkan terkait dengan pengangkatan staf khusus Presiden baru-baru ini, boleh jadi dapat dimaknai sebagai wujud Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mengaktualisasi prestasi pemuda masa kini.

Tapi, tidak dengan kalimat generasi tahun 50-an yang mengubah kalimat penuh heriok itu menjadi  "Bari aku 10 wanita cantik pasti akan kutolak karena bisa mengguncang rumah tangga".  Boleh jadi, orang-orang ini antipoligami.

Lantas, apa hubungannya dengan staf khusus Jokowi dan pemuda yang disebut Bapak Proklamator Indonesia ?

Gini. Pidato Bung Karno itu mengandung pesan bahwa untuk membawa bangsa ini menjadi besar dan diperhitungkan dunia perlu pemuda berprestasi.

Jumlah besar, atau banyaknya pemuda, tidak cukup untuk membawa bangsa ini menjadi maju dan besar. Tapi ketika Bapak Proklamator berpidato terkait peran pemuda, sesungguhnya ia menekankan akan pentingnya pada pemuda unggul, berprestasi dan memiliki integritas.

Lalu kalau kita cermati satu per satu pemuda yang diangkat menjadi staf khusus Jokowi itu. Sungguh, prestasi mereka luar biasa. Media massa dan media sosial tak habis-habisnya menguras dan mengulas informasi kebolehan yang dimiliki para pemuda tersebut.

Penulis tak perlu menyebut satu per satu siapa dia dan apa prestasinya. Sebab, sudah dikuras habis informasinya oleh media massa dan media sosial. Yang jelas tujuh pemuda staf khusus Jokowi tersebut ke depan bisa jadi menjadi "jembatan" kesenjangan antar-generasi.

Seperti diwartakan berbagai media massa, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika memperkenalkan tujuh pemuda yang menjadi staf khususnya terlihat merasa bangga akan prestasinya.

Pengumuman diangkatnya staf khusus itu dilakukan di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019).  Mereka itu terlihat bahagia. Mereka berasal dari kalangan milenial. Tentu saja karena punya prestasi luar biasa, maka mereka diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan-masukan segar guna memajukan bangsa ini.

Seperti disebut Kompas.com, mereka yang diangkat sebagai staf khusus itu adalah 1. Putri Indahsari Tanjung - (CEO dan Founder Creativepreneur) 2. Adamas Belva Syah Devara - (Pendiri Ruang Guru) 3. Ayu Kartika Dewi - (Perumus Gerakan Sabang Merauke) 4. Angkie Yudistia - (Pendiri Thisable Enterprise, kader PKPI, difabel tunarungu) 5. Gracia Billy Yosaphat Membrasar - (Pemuda asal Papua, peraih beasiswa kuliah di Oxford) 6. Aminuddin Ma'ruf - (Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII) 7. Andi Taufan Garuda (Pendiri Lembaga Keuangan Amartha).

Mereka itu diharapkan dapat memberi inspirasi bagi pemuda lainnya. Setidaknya dapat mengajak pemuda lain untuk bersama unjuk kebolehan atau prestasi. Pemuda Indonesia memang harus unggul.

Sungguh menggembirakan, satu dari tujuh staf khusus Jokowi itu adalah penyandang disabilitas, Angkie Yudistia. Diangkatnya Angkie diharapkan membawa perubahan Indonesia ke depan akan semakin ramah disabilitas. Sebab, realitasnya, kesenjangan antar-generasi di negeri ini terlalu lebar. Termasuk yang dirasakan para penyandang disabilitas.

Khususnya dalam memanfaatkan teknologi informasi di kalangan disabilitas.

Belum lagi jika kita perhatikan dewasa ini para remaja demikian akrab dengan pemanfaatan gawai,  sementara generasi kelahiran 50 -- 60an masih banyak gegap teknologi. Kata anak muda sekarang, hari gini masih jadul. Gatek pula.

Itu baru salah satu contoh saja. Masih banyak hal lainnya, terutama kesenjangan anak muda yang bermukim di perkotaan dan desa. Selain hamatan infrastruktur teknologi informasi yang belum merata, juga dunia pendidikan yang lambat mengantisipasi perubahan zaman.

Nah, kita tak ingin kalangan penyandang disabilitas makin terbelakang. Hak mereka sama sebagai anak bangsa.

Sungguh elok jika kita tengok bahwa dalam sejarah Islam, Rasulullah, Nabi Muhammad SAW sangat memperhatikan pendidikan anak muda. Bahkan orang buta pun mendapat perhatian, diposisikan dan diberi kehormatan sebagai pembawa azan  (muadzin). Ia adalah Abdullah bin Ummi Maktum adzan pada saat datangnya waktu shalat subuh. Sementara Bilal bin Rabah adzan pada waktu (sepertiga) malam.

Dr Abdur Rahman Ra'fat Basya dalam bukunya Shuwar min Hayaatis Shahabah mengungkap betapa besarnya Nabi Muhammad SAW kepada seorang pemuda bernama Abdullah bin Abbas sebagai anggota keluarga besar.

Semenjak usianya masih bayi, ia mendapat perhatian Rasulullah. Disebut dalam sejarah bahwa sebelum Ibnu Abbas mendapatkan air susu ibunya untuk pertama kali, Rasulullah menggumamkan doa kebaikan ke telinga Abdullah bin Abbas.

Rasulullah sudah merasakan adanya potensi besar dalam diri Abdullah bin Abbas. Hal itu sebagaimana telah ditemuinya dalam diri Ali bin Abi Thalib, keponakan beliau serta Zaid bin Haritsah.  

Tidak jarang penduduk Makkah mendapati Nabi Muhammad dan Ibnu Abbas duduk bersama sambil bercengkerama atau membicarakan pengetahuan. Sejak kecil, Abdullah terkenal cerdas. Ia suka bertanya banyak hal untuk menuntaskan rasa ingin tahu. Sampai menginjak masa remaja, Abdullah yang lahir di Makkah sekitar tiga tahun hijrah ini mendapatkan pendidikan langsung dari Rasulullah.

Apa yang didapati dari kisah itu adalah mengandung pesan, didiklah anak-anak dengan baik meski ia penyandang disabilitas. Sebab, ke depan zaman dan tantangannya pun berbeda dengan masa kini.

Kini, teknologi digital demikian pesat kemajuannya. Kita pun berharap generasi muda, termasuk Staf Khusus Milenial Jokowi, dapat menjadi garda terdepan memajukan bangsa ini. Kita pun berharap generasi milenial Indonesia harus jauh dari ungkapan katak dalam tempurung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun