Karena itu, ketika Prabowo menjumpai Joko Widodo di MRT dan kemudian terakhir bertemu di Istana beberapa waktu lalu, telah menguatkan pendapat bagi jajaran PKS bahwa Partai Gerinda benar-benar dapat dipandang telah tergiur  ingin mendapatkan "kue" kekuasaan.
Kecewakah PKS?
Ya, pandangan penulis, tidaklah. Â Sebab, kembali lagi lantaran PKS ingin mempertahankan menjalankan amanahnya yaitu konsisten yang dibangun sejak awal koalisi Prabowo terbentuk.
Beranjak dari pemikiran itu, seperti disebutkan Presiden PKS Sohibul Iman, maka tidak aneh PKS menolak ketika diundang Jokowi bertemu di Istana Negara.
Penolakan itu disampaikan Sohibul saat Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (HNW), Â selaku wakil ketua MPR, sedang berada di Istana bersama para pimpinan MPR lain untuk berkonsultasi seputar pelantikan Jokowi-Ma'ruf.Â
"Beliau (HNW) diajak bicara empat mata oleh Pak Pratikno selepas pertemuan antara Presiden Jokowi dengan para pimpinan MPR di Istana kemari siang," ujar Sohibul kepada Kompas.com, Kamis (17/10/2019).
Menurut Sohibul, "Pak Hidayat menjawab, 'terima kasih Pak Pratikno, tapi seperti disampaikan oleh Pak Sohibul Iman, kami ingin menjaga ruh demokrasi Indonesia dengan cara menjadi penyeimbang atau oposisi',".Â
Namun sebagai partai 'relegius' dan meyakini masih ada kekuatan lain di luar logika manusia, maka PKS masih berharap Partai Gerindra, Â PAN dan Demokrat, bisa menjadi oposisi.Â
Pokoknya, seperti diungkap Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, partai pendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 lalu, Â bisa menjadi oposisi.Â
Caranya, ya berdoa?
'Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii 'ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)'.Â