Maklum, ketika kemarau tiba, interusi air laut ke Sungai Kapuas demikian kuat. Air baku dari sungai itu masih jadi andalan selama ini. Dan, agar peralatan penjernihan milik PDAM tak rusak, ya satu-satu jalan adalah menghentikan pendistribusian.
Terdesak kebutuhan air bersih, lantas warga kota mencari air bersih. Mendatangi kantong-kantong air berupa parit. Jika dijumpai, air keruh dalam parit disedot dengan pompa. Lalu, dibawa ke kediaman untuk ditempatkan di drum. Di kediaman air tersebut ditaburi kapurit. Untuk mengurangi penggunaan air bersih, warga jarang mandi.
Penulis yang pernah tinggal di Pontianak kala musim kemarau panjang terpaksa mandi menggunakan air galon. Sementara itu kebutuhan BAB, ya pakai air galon juga. Jika tak ada, pergi ke Sungai Kapuas. Di situ, banyak warga mencuci pakaian dan mandi. Hehehe diam-diam buang hajat besar.
Itu pengalaman masa lalu. Tapi untuk sekarang, ketika kemarau datang, PDAM tetap mengalirkan air ke kawasan rumah tangga. Soalnya, untuk kebutuhan mandi tetap dirasakan mendesak meski air tak sejernih seperti kala musim hujan.
Musim kabut asap jarak pandang bisa 10 meter. Dapat dibayangkan betapa sesaknya dada ini. Keluar rumah harus menggunakan masker. Bila tak perlu, jangan keluar rumah. Imbauan dari instansi kesehatan selalu diulang-ulang sambil membagikan masker kepada warga.
Rasanya ingin kembali ke kampung halaman, Jakarta, ketika musim kemarau panjang terjadi. Tapi, ya tak bisa begitu saja. Soalnya, harus juga memindahkan anak sekolah yang tak mungkin dilakukan dengan seketika.
Terpaksa bertahan. Mau keluar dari Pontianak saja, misal pergi ke kota lain menggunakan pesawat tak bisa. Menggunakan mobil saja, ya takut juga. Sebab, kalau kemalaman, jalan tertutup kabut asap. Hu, rempot rasanya.
Sungguh penulis masih beruntung dalam mengatasi kebutuhan akan air bersih. Punya kenalan seorang tentara. Kalau itu ia menjabat sebagai  Danrem 121/Alambhana Wanawwai Kodam VI/Tanjung Pura, Erwin Sudjono.
Orang ini sangat ramah dan sering membantu warga mendistribusikan air bersih. Begitu dimintai tolong, air datang ke kediaman penulis di Perumahan Jalan Abdul Muis. Wuh, keren. Yang ngantar para prajurit berpakaian loreng sehingga mengundang perhatian para tetangga.
Karena air banyak, ya bagi-bagi kepada tetangga. Belakangan penulis baru tahu ia adalah Kasum TNI (2007).
Kondisi kota lainnya di Kalimantan saat kemarau panjang, ya tak jauh berbeda dengan Pontianak. Kabut asap sudah menjadi bahaya rutin yang terus mengancam kesehatan masyarakat.