Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Habibie-Ainun, Contoh Keluarga Sakinah, Mawadah, Wa Rahmah

12 September 2019   08:20 Diperbarui: 12 September 2019   08:26 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh disayangkan memang industri penerbangan yang dirintis Habibie sempat terkena "pukulan" di era krisis moneter 1997-1998. Saat itu, pemerintah harus menutup IPTN karena dianggap sebagai industri mercusuar oleh Dana Moneter Internasional (IMF).

IMF mau memberikan bantuan adalah Indonesia dengan syarat harus menghentikan proyek mercusuar, salah satunya industri pesawat terbang, harus diberhentikan. Tentu saja hal ini membuat tokoh yang berperan besar dalam kemajuan industri kedirgantaraan nasional itu tak bisa berbuat banyak. Kita pun ikut kecewa saat itu.

BJ Habibie selama hidupnya dicurahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia. Karena itu, sungguh pantas jika seluruh rakyat Indonesia merasa kehilangan dan berduka. Untuk itu, kita berdoa agar beliau diterima di sisi Allah.

**

Sungguh banyak prestasi yang dicapai BJ Habibie semasa hidup. Bisa jadi sehari penuh habis waktu untuk menuliskan prestasinya.

Soal kematian ini penulis jadi teringat pesan Gus Mus atau KH. Ahmad Mustofa Bisri. Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang, menyebut bahwa semua orang, baik dari strata sosial paling atas, menengah hingga akar rumput dengan segala profesi pasti akan menghadapi kematiannya.

Yang menarik dari pernyataannya adalah ada orang pintar memilih cara mati atau wafatnya. Dinilai pintar karena ia bisa memilih mati ketika sambil sujud di masjid, ada yang sambil membaca kitab (kuning) di hadapan para santrinya saat bulan Ramadhan. Ada pula orang mati di tengah melayani orang banyak untuk kemajuan umat.

Tetapi tidak sedikit pula ada pejabat tinggi, (maaf, katanya), mati di sebuah hotel di atas perut wanita. Ada orang mati karena kekenyangan, ada pula orang mati karena kemiskinan lantaran tak mampu lagi membeli makan.

Ada pula orang mati tengah bermain judi dan membanting kartu. Bisa pula tengah menyekek leher botol minuman keras. Astaghfirullah.

Nah, jika kita melihat perjalanan BJ Habibie semasa hidup hingga akhir hanyat, seluruh waktunya habis digunakan memikirkan untuk kemajuan bangsa.

CNN mewartakan bahwa dalam keseharian Habibie mengisi kehidupannya dengan beragam kegiatan. Kunjungan ke berbagai kota, menerima tamu di kediaman pribadinya, hingga diundang sebagai pembicara dalam beberapa kesempatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun