Penulis tak menyoal pemberian pelatihan oleh TNI tersebut yang kemudian menjadi kontroversial sesaat para jurnalis menggunakan seragam baju loreng lengkap dengan sepatu lars sama dengan pakaian dinas tempur milik TNI. Kala mengenakan pakaian itu, diri ini terasa gagah.
Yang jelas, selama ikut latihan, penulis memperoleh pemahaman bagaimana warga sipil harus berdisiplin dalam kehidupan sehari-hari. Rasa cinta kepada negeri mekar dalam dada meski selama berlatih punya kesan pelatihnya galak. Selama berlatih, jurnalis diberi pemahaman bertahan hidup dalam medan pertempuran. Juga belajar menembak menggunakan senapan. Gemetar juga pegang senjata laras panjang.
Selain dentuman suara peluru dan bom diperkenalkan, para jurnalis dilatih seperti seorang Pramuka. Berjalan di malam hari di hutan, ditakuti hantu buatan dengan membuat kuburan palsu dan bantal guling melayang di udara dengan aroma bau menyan menyengat semalam suntuk.
Yah, namanya uji mental. Termasuk memegang kepala ular yang mulutnya diplester lakban. Hehehe, seru bangat sih. Nggak salah bangat sih jika rekan kompasianer bolelah minta dilatih di sini. Hehehe.
Ketika shalat lima waktu di mushola dekat pemondokan, antarsesama pelatih bicara berbisik-bisik dekat penulis. Sedikit dikerasi. Ia menyebut-nyebut di pojok sana ada hantu. Di dekat emperan penginapan ada mahluk gede dan seterusnya.
Penulis paham, bisik-bisik yang suaranya diperdengarkan kepada penulis dimaksudkan untuk menakut-nakuti. Padahal, si pelatih itu sendiri tak tahu posisi hantu berada. Saat berbisik-bisik dengan sesama instruktur, penulis lihat kelebat bayangan hitam mahluk halus tengah berada jauh di luar mushola.
Gunung Sanggabuana terletak di perbatasan empat kabupaten. Letaknya persis di ujung Karawang, Purwakarta, Cianjur dan Bogor. Memiliki ketinggian 1.291 Mdpl, gunung itu dikenal sebagai tempat yang sakral. Sejumlah masyarakat Karawang percaya ada makam keramat di puncak Sanggabuana. Makam keramat itu sering diziarahi masyarakat. Â Â
Bagi penulis, hal berikut ini tak kalah menariknya. Berawal perjalanan rombongan jurnalis dari Mabes TNI Cilangkap, Jakarta. Perjalanan butuh waktu sekitar satu setengah jam. Â Tiba di lokasi, kami, rombongan turun dari truk disambut dengan teriakan para instruktur sambil memukul-mukul truk dengan benda keras.
Wah, kita diperlakukan seperti kerbau yang tengah diusir dari truk ketika diturunkan pemiliknya. Sambil berteriak, instruktur memberi perintah berulang-ulang untuk cepat turun.
Para instruktur, lengkap dengan pakaian militer dan menenteng senjata laras panjang, berteriak. Katanya, kalian datang ke sini untuk berlatih. Bukan rekreasi, tapi berlatih menghadapi peluru tajam.
Dalam hati penulis, rupanya masih ada peluruh tumpul, ya? Hehehe.