Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Warna-warni Umrah Ramadan 2019

3 Juni 2019   10:00 Diperbarui: 3 Juni 2019   10:42 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjidil Haram, malam Ramadan, padat. Foto | Dokpri

Lantaran saking kesalnya, seorang ibu cepat-cepat mendaftarkan diri ke sebuah biro perjalanan dan memaksa manajemen travel umrah untuk memberangkatkan dirinya segera.

Ibu bersangkutan seolah tak peduli, berapa ongkos yang harus dikeluarkan. Pokoknya, bila perlu esok hari diberangkatkan lantaran seluruh dokumen pendukung: paspor dan visa umrah dengan segala persyaratan sudah lengkap. Ia mengurusnya sendiri, tanpa campur tangan biro perjalanan.

Siang hari, kawasan tawaf pun padat. Foto | Dokpri
Siang hari, kawasan tawaf pun padat. Foto | Dokpri

Kemudahan dalam mengurus dokumentasi demikian cepat didapat lantaran ia seorang pejabat. Ia tengah "ngebet" ingin segera tiba di Masjidil Haram dan menunaikan ibadah umrah. Di sana, ia ingin mengadukan persoalan yang membuat dirinya kesal. Gelisah dan marah.

Selidik punya selidik, ibu yang juga punya jabatan tinggi di kantor pemerintahan itu ternyata tengah menghadapi guncangan berat. Rumah tangganya bagai kapal oleng yang diterjang ombak lautan luas. 

Tak ada yang memberi pertolongan. Kalaupun ada orang yang hadir, senyatanya bukan memberi ketenangan tetapi malah makin menambah persoalan. Makin ruwet.

Terlebih di tahun politik, tekanan di instansinya makin berat. Ancaman pergeseran jabatan makin digaungkan. Politisi ikut nimbrung, mengintervensi urusan kantor dan memainkan isu miring. Saling lempar pernyataan menjurus ke fitnah makin menguat. Di sisi lain, rumah tangga si ibu tengah berantakan. Sang suami direbut rekan sekantor. Hancur hati.

Semangat, meski menggunakan kursi roda. Foto | Dokpri
Semangat, meski menggunakan kursi roda. Foto | Dokpri

**

Menunaikan ibadah umrah itu mudah. Terpenting jika sudah memiliki visa, maka keberangkatan tinggal memesan tiket. Itu pun mudah mengingat pesawat tujuan Jeddah, Saudi Arabia, makin banyak dan lancar sekarang ini. Terpenting punya fulus.

Kata orang Arab tetangga penulis, mafi fulus antum mamfus. Hehehe, kalimat kelakar orang sana.

Nah, untuk urusan paspor, kita pun maklum, dewasa ini sudah banyak dimiliki seperti halnya warga pemilikan kartu tanda penduduk (KTP). Kala masa pakai paspor habis, banyak orang secepatnya mengurus perpanjangan. Kesadaran ini makin tumbuh, sama halnya dengan kesadaran pentingnya memiliki KTP. Apa lagi paspor yang sering dibutuhkan kala mendadak.

Penuh kesabaran memasuki Masjidil Haram. Foto | Dokpri
Penuh kesabaran memasuki Masjidil Haram. Foto | Dokpri

Loh, kok si ibu yang tengah kesal tadi mengapa harus menggunakan biro perjalanan?

Bisa saja si ibu berangkat seorang diri tanpa bantuan travel. Itu kalau ia sebagai petugas yang mengurusi penyelenggaraan ibadah haji. Seperti halnya seorang menteri (agama) yang menunaikan ibadah haji dan umrah. Ia di sana dapat kemudahan lantaran sudah ada yang mengurusi petugas dari kantor misi haji Indonesia.

Nah, jika si ibu itu tak ada kaitan dengan urusan kerja dan semata mengurus untuk kepentingan ibadahnya sendiri, gimana?

Ya, disini ia butuh biro perjalanan. Sebab, tak satu pun hotel di sana -- sepengetahuan penulis -- melayani umrah untuk orang per orang. Selalu dalam kelompok. Karenanya, si ibu yang tengah kesal tadi harus berangkat dengan cara bergabung dengan anggota rombongan umrah.

**

Sejatinya ibadah umrah ini sering juga disebut haji kecil. Para ulama menyebut kala umrah dilakukan pada saat Ramadan pahala yang diperoleh sama besarnya dengan menunaikan ibadah haji.

Nah, di saat ibadah haji (reguler) harus menunggu antrean lama terkait sistem kuota yang diberlakukan, umrah Ramadan menjadi punya daya pikat tersendiri.

Dinding Masjidil Haram belum dipercantik. Foto | Dokpri
Dinding Masjidil Haram belum dipercantik. Foto | Dokpri

Sekedar mengingatkan perbedaan antara umrah dan haji terletak pada waktu dan tempat pelaksanaannya. Jika ibadah haji hanya dapat dilakukan antara tanggal 1 Syawal hingga 13 Zulhijah, maka umrah dilaksanakan sewaktu-waktu kecuali pada hari tertentu seperti hari Arafah pada 10 Zulhijah dan hari-hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 Zulhijah.

Inti dari proses ibadah haji adalah wukuf di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah selepas matahari tergelincir sampai Magrib. Sedangkan tata cara umroh intinya hanya melakukan thawaf dan sai. Keduanya didahului dengan memakai pakaian ihram di miqat (tempat) yang telah ditentukan dan diakhiri dengan tahallul (bercukur).

Kendati seluruh rangkaian ibadah umrah dilaksanakan di Masjidil Haram, tapi tak elok jika jemaah tak berziarah ke Makam Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, di Masjid Nabawi, Madinah.

Selama di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi jemaah umrah dapat berdoa sepuasnya. Mencurahkan seluruh permohonan, berdoa hingga menitikan air mata.

Di rumah Allah itu, termasuk di Raudhah, setiap Muslim dapat merasakan betapa dahsyatnya kebesaran Illahi dan kita sebagai hambanya cuma bisa berpasrah diri setelah menyampaikan beragam doa atas persoalan yang dihadapi.

Lampu gantung dan kipas angin belum tertata apik. Foto | Dokpri
Lampu gantung dan kipas angin belum tertata apik. Foto | Dokpri

**

Jemaah umrah Ramadan tahun ini belum bisa menikmati nyamannya duduk di atas karpet tebal Masjidil Haram. Karpet indah dan empuk - bikin orang betah berzikir berlama-lama - belum dapat terpasang ke seluruh lantai masjid sebagaimana mestinya.

Di rooftop masjid ini, misalnya, penulis saksikan permukaan lantainya hanya dicet. Belum dipasangi marmer mengkilat seperti pada sebagian bangunan masjid tersebut.

Pada lantai dua, juga karpet nan indah tak nampak seperti sebelum masjid diperluas. Dinding bangunan masjid belum dihias. Jika kita tawaf, dinding masih terlihat mengelupas polos. Demikian halnya di beberapa lantai. Kala kita tengok ke atas saat beristirahat di siang hari, nampak instalasi listrik belum tertutup plafon rapi.

Plapon masjid belum terpasang. Foto | Dokpri
Plapon masjid belum terpasang. Foto | Dokpri

Meski begitu, animo untuk umrah di Ramadan ini - terlebih pada 10 hari terakhir - sangat tinggi. Masjidil Haram penuh sesak. Shalat tarawih dengan jumlah 23 rakaat ditambah pembacaan ayat Alquran (panjang) tak mengurangi minat jemaah untuk ikut.

Kita berharap, perbaikan dan perluasan kompleks masjid yang kini tengah memasuki tahap penyelesaian akhir (finishing) segera rampung sehingga umat dapat memperoleh kenyaman dalam beribadah.

Masjidil Haram mengalami beberapa kali perluasan. Komplek Masjidil Haram diperkirakan mempunyai luas bangunan 500.000 meter persegi, yang juga berarti dua kali lipat ukuran luas Masjidil Haram sebelum perluasan.

Gambaran singkat tentang perluasan Masjidil Haram seperti begini. Pertama kali diperluas pada 1954, saat itu hanya mampu menampung jamaah sebanyak 300.000 orang. Lantas dilakukan perluasan kedua pada masa raja Fahd bin Abdul Aziz dengan kapasitas 630.000 orang.

Pada 2009, proyek perluasan Masjidil Haram tahap pertama telah dimulai dengan menghancurkan 2.350 hotel di sekitar Masjidil Haram, berikut juga gedung-gedung kantor dan bangunan lainnya.

Menyusul pembersihan bangunan di sekitar Masjidil Haram, proyek perluasan kali ini juga merencanakan perubahan 1.900 bangunan lain di sekitar komplek Masjidil Haram.

Areal rooftop masjidil Haram kini terasa lebih nyaman karena tak terlalu sesak. Foto | dokpri
Areal rooftop masjidil Haram kini terasa lebih nyaman karena tak terlalu sesak. Foto | dokpri

Untuk mendukung suksesnya perluasan masjid tersebut, Pemerintah Saudi menyiapkan dana 500.000 riyal (atau sekitar Rp1,2 miliar) untuk satu meter persegi tanah yang akan terkena penggusuran tersebut.

Proyek perluasan kali ini pun bukan hanya sekadar meluaskan area Masjidil Haram, juga perbaikan sistem transportasi inter-city kota Mekkah. Sejak 2010 lalu, Saudi juga telah menyiapkan beberapa armada kereta listrik yang menghubungkan beberapa objek dalam ritual ibadah Haji.

Penggunaan kereta listrik ini sendiri ditujukan untuk mengurangi potensi kemacetan dan keributan selama penyelenggaraan ibadah haji. Dengan pengadaan kereta listrik ini pula, sekitar 53.000 bus yang selama ini beroperasi di Mekkah akan "dipensiunkan", untuk kemudian diganti dengan kereta listrik yang dinilai lebih aman dan lebih nyaman bagi jamaah haji.

Hotel-hotel yang semula berada di sekitar komplek Masjidil Haram, kini dibangun kembali di kawasan Jabal Umar yang nanti mampu menampung sekitar 200.000 jamaah haji.

Masjid Nabawi, Madinah, Foto | Dokpri
Masjid Nabawi, Madinah, Foto | Dokpri

Raudhah, Masjid Nabawi, salah satu tempat berdoa mustajab. Foto | Dokpri
Raudhah, Masjid Nabawi, salah satu tempat berdoa mustajab. Foto | Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun