Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Sudah Sunnatullah, Jokowi dan Prabowo Rekonsiliasi

26 April 2019   22:35 Diperbarui: 26 April 2019   23:12 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Prabowo. (Foto: The Jakarta Post)

1. Meninggalkan istri saya selama 2 (dua) tahun berturut-turut;
2. Tidak memberi nafkah wajib kepadanya 3 (tiga) bulan lamanya;
3. Menyakiti badan atau jasmani istri saya;
4. Membiarkan (tidak memperdulikan) istri saya selama 6 (enam) bulan atau lebih,

Dan karena perbuatan saya tersebut, istri saya tidak ridho dan mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama, maka apabila gugatannya diterima oleh Pengadilan tersebut kemudian istri sayamembayar uang sebesar Rp. 10,000,- (sepuluh ribu rupiah) sebagai 'iwadl (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak saya satu kepadanya.

Kepada Pengadilan Agama saya memberikan kuasa untuk menerima uang 'iwadl (pengganti) tersebut dan menyerahkannya kepada Badan Amil Zakat Nasional setempat untuk keperluan ibadah sosial.

Jakarta, ............................ 2014

Suami,

(...........................)

Dalam rumah tangga -- sudah menjadi sunatullah -  antara sumi dan isteri ada "berantemnya".  Bisa diumpamakan, sendok dan garpu di atas piring kerap berbenturan ketika suami isteri tengah makan satu meja.

Sejauhmana kualitas perseteruannya, sangat tergantung "tensi" perilaku pasangan itu sendiri. Kalau saja keduanya sadar bahwa mereka membentuk rumah tangga dimaksudkan untuk menciptakan kedamaian, maka tak perlu lagi perbedaan dan kekurangan yang ada disikapi sebagai bahan perseteruan, tapi justru untuk saling melengkapi dan menyempurnakan.

**

Meminjam istilah mantan Wakil Presiden Adam Malik, "semua bisa diatur". Ya, di negeri ini semua bisa diatur dan diselesaikan karena watak bangsa ini adalah cinta perdamaian.

Kalimat yang sering dipakai mantan wartawan dan menteri luar negeri itu memang diarahkan sebagai kritik atas situasi saat itu bahwa segala sesuatu bisa diatur dengan duit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun