Hingga H -- 1, atau sehari menjelang pelaksanaan pemungutan suara (nyoblos) pada Rabu (17 April 2019), jejak kampanye berupa atribut partai sudah bersih. Hanya di beberapa tempat saja bendera partai berkibar di atas pohon tak bisa diturunkan lantaran terlalu sulit diambil petugas.
Selasa pagi, penulis berkeliling Terminal Kampung Rambutan. Terasa sekali "denyut" kesibukan warga untuk berangkat ke tempat kerja masing-masing. Berbeda rasanya dengan hari-hari sebelumnya. Bisa jadi mengingat esok adalah hari libur nasional dalam rangka nyoblos, menentukan pilihan kepada wakil rakyat dan pemimpin bangsa.
Mulai Pukul 07.00 WIB, mobil angkutan warga yang memasuki terminal ini mulai berkurang. Demikian juga TransJakarta. Hanya saja kendaraan pribadi di jalan tol dari arah Bogor ke Jakarta masih belum berubah dari biasa, macet.
Kita berharap, setelah LRT (Light Rail Transit) pekerjaannya rampung, kemacetan di Jogorawi dapat berkurang. Warga tertarik dengan moda angkutan massal yang lebih efisien.
"Kita di sini tak menyediakan TPS (Tempat Pemungutan Suara). Kita hanya melancarkan arus penumpang saja," kata M. Yasin, petugas Terminal Kampung Rambutan ketika ditanyai seputar pemungutan suara.
Di berbagai sudut terminal, penulis menyaksikan petugas terlihat lebih sibuk. Mengingat pada malam hari, jelang penyoblosan, diperkirakan banyak warga pulang kampung. Mereka kebanyakan warga yang berdomisili tak jauh dari ibukota.
Menyalurkan suara di TPS masing-masing adalah hak mereka. Namun tidak demikian dengan pendapat si Abang Koran, dipanggil demikian lantaran ia tak mau disebut namanya.
Si Abang Koran ini mengaku tak pulang kampung karena selain jauh, juga tak cukup uang untuk pulang. Tak ada pilihan, selain ikut nyoblos di dekat rumah kontrakannya.