"Ini bukan maen-maen. KPU harus menyiapkan belut berton-ton, ditempatkan di ember dekat TPS. Â Kalo nggak, tuh tuyul keluyuran masuk ke ruang pencoblosan," kata Syukri, tukang cukur yang ikut nimbrung menonton siaran tivi di pos Ojek.
Syukri terkaget-kaget menyaksikan ucapan Prabowo Subianto saat kampanye menyebut tujul dan hantu. Prabowo minta pendukungnya menjaga TPS di wilayah masing-masing agar terhindar dari manipulasi suara atau berbagai kecurangan lain.
"Setiap insan harus lari untuk menegakkan dan meraih keadilan, 17 April jangan mau dicurangi, jangan mau diakal-akali. Jaga TPS, lihat jangan sampai 'tuyul-tuyul' ikut mencoblos, jangan sampai ada hantu-hantu yang ikut nyoblos," kata Prabowo saat berorasi di hadapan ribuan pendukungnya dalam kampanye akbar di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Senin (8/4) mengutip Antara.
Syukri nampaknya percaya betul bahwa tuyul-tuyul yang diucapkan Prabowo bakal hadir di sejumlah tempat pemungutan suara atau TPS.
"Omongan penggede, kaya' orang ntu, gue yakin beneran. Tuyul sekarang nggak doyan duit," kata Syukri kepada para pengojek yang ikut asyik istirahat sambil nonton tivi.
Para pengojek yang tengah mangkal tertawa terpingkal-pingkal mendengar celoteh Bang Syukri. Sebab, gaya bicaranya serius amat menanggapi ucapan tuyul yang disebut Prabowo Subianto, calon presiden RI saat berkampanye itu.
"Itu bukan tuyul si mahluk goib atau ghaib, tapi sebutan kiasan," ucap salah seorang pengojek.
Mendapat penjelasan itu, Syukri bingung. Sepahamannya, tuyul adalah mahluk kecil tak nampak dan sering mencuri uang atas perintah majikannya. Biasanya, tuyul keluyuran di pasar dan rumah orang paling kaya untuk menggasak uang dari dompet atau berangkasnya.
Nah, diyakini Syukri, tuyul juga bisa diperjual-belikan untuk kepentingan tertentu. Termasuk mencoblos suara di TPS. Ia yakin betul itu dapat dilakukan para tuyul karena negeri ini dipenuhi misteri. Termasuk para pelaku politisi yang bermain dukun untuk mendulang suara dan mencari kekayaan.
"Gue yakin bener. Ini bisa terjadi kalau lengah," ia membalas komentar si pengojek tadi.
Syukri bercerita kepada para pengojek bahwa soal pemanfaatan tuyul bukan barang mustahil dapat terjadi. Tuyul tak sekedar kenal nilai nominal besarnya uang, tetapi kertas berharga lain pun mampu dibedakan. Karena itu banyak orang sampai zaman modern ini memperjual-belikan anak tuyul.
Lantas ia mengungkapkan pengalamannya ketika ikut bersama temannya mengunjungi tempat-tempat pesugihan. Mulai di bukit gunung hingga goa dengan hawa lembab berair didatangi untuk mencari tahu, apa mungkin orang menggunakan mahluk goib bisa meraih kekayaan.
"Banyak, bang!"
"Itu kejadian beneran. Tuyul dibeli dengan melalui penunggunya di situ," ia berceloteh penuh semangat.
Menyaksikan Bang Syukri bercerita penuh semangat, para pengojek ikut tambah bersemangat mendengarkannya. Pasalnya, cara penyampaian ceritanya seperti realitas sesungguhnya.
"Kalo kita mau mengusir tuyul gimana dong?" tanya seorang pengojek memutus celoteh Syukri.
"Itu nyang gue mau sampein. Ini penting," jawab Syukri penuh semangat.
Tuyul paling suka bermain dengan belut. Juga ikan lele warna hitam, lanjut Syukri dengan cerita dunia lain itu. Nah, kalau belut-belut atau lele ditempatkan di ember dengan air secukupnya. Beberapa saat, tuyul akan hadir dan tertarik bermain. Ia akan lupa dengan perintah majikannya.
Nah, saat tuyul bermain itulah sesegera mungkin ditangkap.
"Kita kudu' berani. Kalau takut, tuyul mempermainkan kite-kite ini," kata Syukri menambahkan.
Apabila memang tuyul-tuyul dikerahkan untuk mencoblos surat suara, Syukri khawatir, komisi pemilihan umum atau KPU sebagai penyelenggara pemilu itu harus mendatangkan belut atau lele dalam jumlah besar. Bakal kewalahan selain menimbulkan biaya besar untuk membiayai urusan goib.
"Cara menangkap tuyulnya, gimana bang?" tanya pengojek lainnya.
"Kan, tidak kelihatan!" seru pengojek.
Bang Syukri yang menyaksikan para pengojek serius menyaksikan dirinya berceloteh, lalu melempar senyum.
Katanya, tuyul itu bentuknya kecil seperti bocah  ingusan keluyuran pada remang-remang kegelapan magrib. Mulutnya lebar, botak dan larinya cepat.
"Kaya' anak kecil lagi ngibrit di gang," ia menegaskan.
Saat ketawa cekikikan di depan ember berisi belut atau lele hitam, menurutnya, cepat tangkap. Jangan kasih kesempatan loncat.
"Abang lihat tuh tuyulnya?" tanya para pengojek serentak.
"Kan, gue ini pedagang tuyul," kata Syukri tanpa sadar membuka rahasia kehidupannya.
Haa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H