Prabowo pun selalu saja menyebut-nyebut kata bocor. Kekayaan Indonesia lari ke luar negeri. Tapi, jika mau jujur, apakah kata dan perbuatannya sudah seiya dan sekata. Kata dan tindakan sudah selaras. Â Prabowo yang banyak disebut sebagai sosok tegas, nyatanya tidak tegas memberikan solusi atas kebocoran di negeri ini.
Bocor. Bocor. Kalau jadi presiden nanti, berantas korupsi sampai akar-akarnya. Jika kalimat yang sering disampaikan bagai kaset rusak itu terus saja digoreng, publik pun akan merasa bosan. Dan, ini tentu saja akan mengantarkan dirinya memasuki gerbang kekalahan dalam Pilpres 2019.
Tapi, tentu kita berharap Prabowo masih punya spirit untuk bertarung sampai titik darah terakhir. Petahana Joko Widodo (Jokowi) memang beruntung punya penantang sekelas Prabowo meski pernah keok pada pertarungan Pilpres 2014 silam.
**
Prabowo memang sosok petarung. Ia tak peduli kiri dan kanan para jenderal ngedumel lantaran ucapannya saat debat pilpres keempat beberapa hari lalu. Prabowo juga dinanti memberi penjelasan atas komentarnya bahwa TNI lemah sehingga memunculkan rasa kekecewaan para jenderal.
Andai saja keberanian yang dimilikinya ditunjang dengan kebaruan data, perluasan pemahaman dan pengetahuan, maka bisa jadi retorika di atas panggung, di atas mimbar akan menambah kualitas bicaranya. Bisa jadi, makin berbobot.
Nah, lantaran gitu-gitu aja, ya konsekuensinya, ya begitu juga. Anak milenial sekarang bisa menyebut dengan istilah kudet. Kudet singkatan dari Kurang Apdet (kurang update).
Orang sekitar Prabowo tentu punya kualitas dari berbagai sisi: akademis, ekonom, politisi, budayawan, agamawan mulai dari kelas teri hingga profesor. Andai saja semua orang-orang terhormat di sekitarnya dimanfaatkan dengan maksimal, mustahil bin mustahal, ucapan kata kasar seperti "ndas" tadi tak keluar.
**
Sungguh, realitas dalam perpolitikan di tanah air tak pernah lepas dari unsur mobilisasi, provokasi dan intimidasi. Sebagai instumennya kadang dimanfaatkan agama. Kadang muncul ucapan dari elite politik menakutkan, seperti  negara RI bubar tahun sekian. Termasuk kampanye hitam dengan larangan azan.
Jika kita waras, sayogiyanya pesta demokrasi itu dapat memberi pencerahan dan pendidikan politik kepada rakyat. Apa lagi Pilpres itu adalah bagian dari pesta demokrasi. Yang namanya pesta: pernikahan, naik kelas dan resepsi ulang tahun kantoran, harus digelar dalam suasana gembira. Para undangan yang hadir ikut merasa senang dan nyaman.