Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pilpres bagai "Lu Tonjok, Gue Bales!"

26 Februari 2019   22:21 Diperbarui: 28 Februari 2019   09:49 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amien Rais yang bergabung dengan koalisi Prabowo, yang sudah lama menggaungkan kata Perang Badar seperti yang diungkap pada Pilpres 2014 silam. Kata tersebut kemudian melekat kuat bagi kubu 02 Prabowo - Sandiaga.

Para prajurit dalam Perang Badar adalah ikhlas membela kehormatan diri dan tanah air. Karena itu, tutur Amien, kemenangan dapat digenggam dalam Perang Badar. Sebagai kaum Muslimin, dianjurkan Perang Badar.

"Jadi, kalau mulai maju (niatnya seperti di) Perang Uhud, insya Allah kalah. Kalau (niatnya seperti di) Perang Badar, ini siapa, menterinya siapa, itu nanti, insya Allah kita kali ini dimenangkan," ucap mantan Ketua Umum PAN itu seperti dikutip Kompas.com.

Amien Rais saat Pilkada Jakarta 2017 juga menggunakan analogi ini. Saat itu, ilmuwan politik Indonesia, Arbi Sanit, mengkritiknya dengan keras. Analogi Perang Badar pada pilpres disebutnya seperti teroris karena secara tidak langsung mengkafirkan lawan politiknya.

"Perang Badar itu kan agama. Kalau pilpres ini kan politik. Jadi, tidak tepat menganalogikannya. Kalau Amien Rais begitu, berarti itu sudah kayak teroris, mau mengkafirkan musuh politiknya.

Kenapa enggak sekalian saja menghalalkan untuk dibunuhnya," ucapnya seperti dilansir Berita Satu, Minggu (1/6/2014)

"Lu jual, gue beli" dalam kontestasi politik kini menunjukan realitasnya. Betul-betul dimaknai dalam kontek negatif. Ujungnya, kita khawatirkan, seperti pribahasa 'Gajah Bertarung Sama Gajah Pelanduk Mati di Tengah-Tengah', elite politik berkelahi satu sama lain, korbannya adalah orang-orang kecil seperti rakyat. Di akar rumput memang tengah memanas.

Mengapa demikian?

Ilustrasi, lo jual, gue beli (ngutang). foto | sicumi.com
Ilustrasi, lo jual, gue beli (ngutang). foto | sicumi.com
Seorang teman mengungkap, pertarungan dalam Pilpres 2019 kini bisa digambarkan dalam kisah orang Betawi. Seorang pedagang kentang bukan menjual dagangannya, tapi ia malah menantang pembeli karena ketidaksesuaian harga. Maka, jadilah "kentang sepikul, lu nantang gue pukul".

Bukan saling memberi keuntungan seperti ketika berbisnis, malah pertarungan yang menjadi tujuannya. Kondisi itu bisa terlihat saat Ketua Tim Kampanye Nasional Jokwi - Ma'ruf, Erick Tohir, pada awal Desember lalu, menyatakan akan menggunakan strategi menyerang. Ternyata, kata menyerang tersebut dirasakan belum ampuh.

Bisa jadi hal itu disebabkan elektabilitas Jokowi - Ma'ruf Amin belum juga menggembirakan. Terlebih untuk menggapai target raihan suara 70 persen, jauh dari harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun