Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jalan Tol dan Instrumen Politik

4 Februari 2019   22:31 Diperbarui: 5 Februari 2019   14:10 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (tengah) tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Kamis, 11 Oktober 2018. Mahathir dijadwalkan akan menghadiri ASEAN Leaders Gathering di kawasan Nusa Dua, Bali. ANTARA/ICom/AM IMF - WBG/Fikri Yusuf

Untuk memenangkan pertarungan pemilihan kepala negara, ternyata, menjadikan jalan tol sebagai instrumen politik dapat menggapai sukses. Tapi, bisa pula menuai celaan.

Salah satu contohnya Mahathir Mohamad, tokoh politik gaek di Malaysia itu sukses merebut kursi perdana menteri yang pernah dikuasainya. Sukses itu salah satu sebabnya ia mampu meyakinkan warga negeri jiran itu dengan iming-iming program tol gratis.

Ruas tol yang dijanjikan Mahathir gratis saat kampanye. Ternyata, tak bisa gratis. Foto | Dokpri
Ruas tol yang dijanjikan Mahathir gratis saat kampanye. Ternyata, tak bisa gratis. Foto | Dokpri
Dalam obrolan di sebuah warung kopi di Pahang, Malaysia, belum lama ini, penulis merasa terkejut bahwa ternyata isu yang digunakan tokoh politik berusia 93 tahun ini (lahir 10 Juli 1925 di Aor Setar) selanjutya menjadi isapan jempol belaka.

Sambil menikmati kopi Tongkat Ali yang terkenal di negeri jiran itu, pembicara kebanyakan berasal dari warga Indonesia dan telah menjadi warga negara setempat. Mereka tertarik pada pembicaraan di politik Tanah Air seputar pembangunan infrastruktur dan Pilpres yang diikuti dua pasangan calon.

Mahathir bin Mohamad adalah politikus Malaysia yang menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia ke-4 dan ke-7 setelah pemilihan umum 2018. Ia merupakan anggota Parlemen Malaysia mewakili Langkawi di Kedah.

Setelah memenangkan perlombaan pemilihan perdana menteri, ia ingar janji tak memenuhi program jalan tol gratis. Tidak berbayar.

Kongkow politik di Warkop Malaysia bersaama kopi Tongkat Ali yang terkenal itu. Foto | Dokpri
Kongkow politik di Warkop Malaysia bersaama kopi Tongkat Ali yang terkenal itu. Foto | Dokpri
Mengapa?

Begini. Belakangan terungkap bahwa untuk menggratiskan jalan tol adalah suatu pekerjaan yang tidak mungkin. Lagi pula, program tol gratis yang masuk pada manifesto politik Koalisi Pakatan Harapan sejak semula dia ditolak.

Salah satu pengusung koalisi ini adalah Partai Pribumi Bersatu Malaysia, yang dibentuk dan dipimpin Mahathir. Koalisi ini terbentuk untuk menghadapi pemilu Malaysia pada Mei 2018. Mahathir sebagai kandidat PM mengalahkan petahana PM Najib Razak.

"Kami membuat manifesto itu dengan berpikir tidak akan menjadi pemerintah. Sekarang, kami pemerintah dan manifesto ini menjadi beban besar," kata dia seperti dilansir Channel News Asia dan Straits Times pada Kamis, 11 Oktober 2018.

Tegasnya, kini Mahathir tak bisa mewujudkan program tol gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun