Jangan pandang sebelah mata pasangan calon (Paslon) Cawapres 02 Prabowo Subianto -- Sandiaga S Uno. Jangan pula terlalu berlebihan menyudutkan Prabowo dengan segala gaya yang dimiliki: sikap, ucapan dan kritiknya terhadap pemerintah menjelang dan saat pesta demokrasi atau Pilpres 2019 yang tengah digelar ini.
Prabowo makin memperlihatkan "kepiawaiannya" dalam berpidato. Retorikanya semakin berisi. Sarat dengan kritik. Boleh jadi karena "kepiawaiannya" itu, di ranah publik, terkesan menyerang petahana Joko Widodo yang pada Debat Pilpres I dinilai masih unggul atas lawannya itu.
Menjadi oposisi itu jauh lebih nyaman dalam pertarungan Pilpres 2019. Bagi Prabowo -- meski pada debat pertama disebut punya lembaran beban masa lampau -- toh apa yang ingin disampaikan sesegera mungkin diungkap ke ranah publik.Â
Apa pun yang disampaikan itu berisi kritik atau serangan, pokoknya dapat "dimuntahkan" karena momentumnya terasa tepat. Bisa jadi hal itu merupakan "peluru" untuk melemahkan petahana.
Terakhir, Prabowo  menyatakan Menteri Keuangan diganti "Menteri Pencetak Utang". Pernyataan itu keluar atas kekecewaan terhadap Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Wah, hebatkan? Â Coba, kalau pernyataan itu keluar dari mulut orang rendahan, pelayan di kantor atau OB - Â orang bego, bodoh, bandel, office boy, - disampaikan di tengah jalan sambil berteriak, - dapat dipastikan tidak ada orang yang memperhatikan. Atau setidaknya, dianggap orang tak waras lantaran berteriak negara banyak utang dan dia repot seorang diri.
Prabowo adalah sosok pemberani. Hanya dia yang dapat menyuarakan dengan keras dan lantang tentang hutang negara makin banyak. Berapa hutang untuk pembangunan infrastruktur, tidak disebut datanya.Â
Berapa besar dana negara dikumpulkan untuk merebut saham Freeport dan nggak penting negara sudah berhasil menetapkan satu harga bahan bakar minyak (BBM) dari Sabang -- Merauke. Itu nggak penting, pokoknya di negara ini telah hadir mesin pencetak uang.
"Apa yang disampaikan oleh calon presiden Prabowo, 'Jangan lagi ada penyebutan Menteri Keuangan (Menkeu), melainkan diganti jadi Menteri Pencetak Utang', sangat mencederai perasaan kami yang bekerja di Kementerian Keuangan," tulis Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Nufransa Wira Sakti dalam unggahannya di Facebook, Minggu (27/1/2019).
Itulah pernyataan yang muncul dari seorang Prabowo yang kini namanya makin mencuat. Sebagian pendukungnya mengapresiasi dan itulah prestasi Prabowo yang harus dicatat dalam sejarah. Dan Prabowo pun makin kaya dengan catatan-catatannya. Boleh jadi ucapan itu juga telah melukai anak bangsa yang menjadi Aparat Sipil Negara (ASN) dan memuaskan pendukung Paslon 02.Â
Luka anak bangsa di jajaran Kemenkeu itu akan membekas sepanjang masa. Boleh jadi pula ke depan Prabowo akan bersilaturahim ke kementerian itu saat lebaran mendatang, untuk meminta maaf. Bukankah seorang negarawan itu memiliki jiwa besar dan meminta maaf kala dirinya sendiri merasa bersalah. Tak soal,kan?
Kementerian Keuangan dan kementerian lainnya, badan-badan pemerintah atau lembaga, adalah sebuah institusi negara yang penamaan, tugas dan fungsinya diatur oleh Undang-Undang.
"Siapa pun tidak sepantasnya melakukan penghinaan atau mengolok-olok nama sebuah institusi negara yang dilindungi oleh Undang-Undang, apalagi seorang calon presiden," sebutnya, seperti dikutip dari Kompas.com.
Soal penghinaan kepada kementerian sejatinya bukan yang pertama. Dulu, Anggota Komisi III dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan menyebut Kementerian Agama 'bangsat'. Umpatan Arteria keluar saat membahas soal kasus penipuan ibadah umrah dalam rapat kerja antara Komisi III dengan Jaksa Agung Muhammad Prasetyo di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (28/3/2018).
"Ini Kementerian Agama bangsat pak, semuanya Pak. Saya buka-bukaan," ujarnya.
Umpatan yang ia lontarkan menurutnya sebagai representasi dari kinerja Kemenag dalam menangani kegiatan biro umrah. Kementerian itu tidak berhasil dalam melakukan pencegahan terhadap keberadaan biro umrah yang berbuat curang ataupun melakukan penipuan.
Nah, apa salahnya jika Prabowo sekarang menyebut ada kementerian pencetak utang. Mungkin itu ucapan rada sopan, tapi kalau sudah sampai kepada seperti ucapan di atas, waduh ini namanya iklan buruk bagi pemerintah. Iklan buruk juga disampaikan Prabowo dengan menyebut Maskapai Garuda mengalami kebangrutan.
Tentu saja ucapan itu buru-buru dijelaskan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara. Pernyataan Prabowo dibantah bahwa perusahaan itu memang tengah menghadapi tantangan bisnis. Boleh jadi pernyataan itu sebagai ungkapan kritik agar maskapai itu sesegera mungkin melakukan pembenahan agar kinerjanya makin baik.
Prabowo juga tidak takut mengkritik petahana 01 Joko Widodo -- KH Ma'ruf Amin. Disebut, negara membiarkan BUMN seperti selain Garuda, juga Pertamina, sebagai pembawa bendera Indonesia bangkrut karena utangnya menumpuk. Â Pernyataan Prabowo disampaikan pada pidatonya bertajuk Indonesia Menang, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (14/1/2019). Â Â
Ya, begitulah Prabowo yang tidak boleh dibenci dengan segala pernyataannya. Mengapa? Sebab, para Paslon pada Pilpres 2019 adalah berasal dari anak bangsa terbaik. Mereka adalah orang pilihan. Serahkan pilihan kepada rakyat.Â
Dan, kita harus ingat, Pilpres 2019 diikuti dua paslon. Nah, agar ada pilihan, maka harus dijaga jangan sampai satu paslon mengundurkan diri karena 'ngambek'.
Catatan bacaan satu dan dua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H