Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anomali Politik Mulai Ganggu Keharmonisan Keluarga

7 November 2018   23:10 Diperbarui: 8 November 2018   05:19 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, keluarga harmonis. Foto | Intisarionline

Terlebih putranya, Bagas, menimpali dengan pernyataan bahwa dalam kondisi politik yang anomali terpenting diperhatikan proses terjadinya perubahan itu. Di situ harus ditelitik siapa yang membawa visi dan misi bagi kesejahteraan rakyat dan elite politik mana yang hana bercuap-cuap.

Sebab, sekarang ini para elite politik tengah memetakan wilayah mana saja tergolong abu-abu dan wilayah mana saja yang sudah menjatuhkan pilihan. Dari situ, elite bermanuver. Bila perlu memainkan politik uang.

"Anomali politik itu mirip, atau sama dengan anomali cuaca. Ayah harus paham, memasuki musim hujan, cuaca kadang tidak bisa diprediksi. Hujan disertai petir, kadang hujan lebat disertai angin kuat. Gitu," ujar Bagas penuh semangat.

"Ayah jangan khawatir, peta itu sudah ada. Lihat saja permainan elite nanti, bagai semut hitam bekerja di malam gelap dan sunyi," Bagas mengingatkan orang tuanya.

Lantas, ibu dan anak itu berpelukan. Tuan Basri terlihat bangga menyaksikan kecerdasan istri dan anak dalam menyikapi dinamika politik yang terkini.

"Ayah merasa patut bertanya mengapa tiba-tiba mengingatkan soal dinamika politik yang kini terjadi? Itu tak lain karena rasa khawatir diri kita dipermainkan para elite. Bukankah suara rakyat itu adalah suara Tuhan, ikut menentukan perjalanan bangsa?" Tuan Basri mengingatkan.

Dijelaskan, soal pilihan tentu sepakat menjadi hak masing-masing. Dan kita beruntung perbedaan dalam pilihan tidak menyebabkan suasana harmonis keluarga menjadi terganggu.

"Tidak seperti keluarga sebelah. Lihat, hanya perbedaan pilihan politik, isteri menggugat suami. Isteri minta bercerai. Malu, kan? " Tuan Basri berjalan ke luar sambil menunjuk ke arah rumah tetangganya.

"Iya, keluarga teman kuliah saya juga bercerai. Dengarnya, suaminya berselingkuh dengan sekretaris partai. Gara-gara tak didukung aktivitas suaminya," kata Bagas tiba-tiba dengan suara keras.

Dan, mendengar ucapan Bagas Seperti itu, Tuan Basri membalikan badan ke arah belakang. Sang ayah melempar senyum dan menggelengkan kepala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun