Pers, kata dia, harus mendukung demokrasi. Seperti apa bangsa itu berkembang. Kebebasan pers harus terekam, termasuk kebebasan berekspresi.
"Keterbukaan itu tidak turun dari langit," ia mengingatkan.
Kebebasan menyatakan pendapat harus diperjuangkan. Berapa banyak peristiwa pemberedelan terjadi di Tanah Air, zaman old saat Belanda menjajah, di era Orde Lama, Orde Baru hingga ada pemaksaan pemberedelan dicabut dengan syarat permintaan maaf dari jajaran manajemen suratkabar.
Itulah tujuan dari peluncuran buku ini.
Dan, mengomentari pernyaan Atmakusumah itu, Ibu Wiwik mengharapkan media massa harus diisi oleh awak yang profesional, kritis dan tajam. Pers harus membawa pencerahan mengingat kini tak bisa berharap pencerahan itu datang dari politisi. Saat ini sudah waktunya media menjadi sarana yang akurat, dapat menjadi acuan. Hindari rasa media si anu milik siapa.
Media massa sekarang dituntut kaya gagasan, informasi bernilai tambah. Pertanyaannya, media massa itu berpihak kepada siapa?
Bila aparat negeri sipil atau ASN jelas berpihak kepada abdi negara, maka menurut pengamat politik itu, pers harus menjadi pembawa peringatan dini (early warning) dan berpihak kepada kebenaran. Dan, Siti Zuhro merasa yakin bila para awak media, pemilik media dan seluruh pemangku yang terlibat di dalamnya mengindahkannya, maka pers mampu membangun dengan percaya diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H