Â
Acara peluncuran dan bedah buku ini terasa istimewa. Sebab, Atmakusuma yang merupakan tokoh pers nasional itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-80. Maka, sebelum ia menyampaikan uraian tentang karnya itu dilakukan acara pemotongan tumpeng.
Hadir para tokoh pers seperti mantan Ketua Dewan Pers Bagir Manan (yang juga mantan Ketua MA), Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo dan jajarannya seperti Ahmad Djauhari, Hendri Chairudin Bangun. Nampak di acara itu antara lain mantan Ketua LIPI Taufik Abdullah dan beberapa wartawan dari Timor Leste.
Atmakusumah Astraatmaja dan lebih akrab disapa Bapak Atmakusuma memiliki catatan karir antara lain pernah bekerja sebagai Press assistant dan information specialist, pada U.S. Information Service (USIS) (1974---1992, Redaktur, redaktur pelaksana, harian Indonesia Raya (1968---1974), Redaktur kantor berita Antara, Jakarta. Persbiro Indonesia (PIA), Jakarta, Penyiar Radio Australia (ABC) di Melbourne, Australia, Deutsche Welle (Radio Jerman) di Koeln, Jerman.
Komentator masalah dalam negeri dan luar negeri pada Radio Republik Indonesia (RRI), Jakarta. Ketua Dewan Pers independen yang pertama, sejak Mei 2000 sampai Agustus 2003. Pengajar Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS), pusat pendidikan dan pelatihan jurnalistik praktis di Jakarta, sejak 1992 sampai sekarang. Anggota Dewan Pakar LPDS sejak Maret 2003. Direktur Eksekutif LPDS (1994---2002) Ketua Tim Ombudsman harian Kompas (2000---2003).
Bagir Manan dan Stanley mendapat kehormatan menerima potongan tumpeng dari Bapak Atmakusumah diirngi lagu ulang tahun. Pak Atmakusumah bersama isteri mendapat ucapan selamat yang kemudian disusul kata sambutan tentang buku hasil karyanya.
Sesungguhnya buku yang diluncurkan itu terwujud atas desakan beberapa teman jurnalis. Sebagai pengajar di Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS), saya didesak untuk menyempurnakan beberapa buku hasil karya sebelumnya.
Wartawan senior Kantor Berita Antara ini wafat 17 September 2013 Â pukul 4 subuh di rumahnya, di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Semasa hidup, dia punya komitmen kuat terhadap kerja jurnalistik. Sampai masa tuanya, dia telah menulis puluhan buku dan ratusan artikel dengan menggunakan mesin tik. Hampir seluruhnya membahas sejarah pers dan biografi tokoh. Orang pun menjulukinya 'kamus berjalan pers Indonesia'.
"Saya ingin melengkapi tulisan Soebagijo IN karena tulisan sejarah pers masih sangat sedikit," kata Atmakusumah.