Siapa yang tak terkecoh dengan tampilannya. Apa lagi sekarang, katanya makin cantik setelah operasi pelastik. Tapi banyak orang kecele. Apa lagi belakangan ini Ratna dalam berkata dan tindakannya bagai bumi dan langit. Ucapan setinggi langit tapi tidak pernah membumi. Sering memberi kritik tapi tak pernah memberi jalan keluar.
Ah, sudahlah. Terpenting, sekarang perkaranya terkuak. Itu sudah menjadi ranah kepolisian. Ia mengakui telah berbuat bohong dan meminta maaf. Tapi, seperti dikatakannya sendiri, seorang pembohong akan melakukan kebohongan lagi ke depan. Kebohongan sudah dianggap sebagai kebiasaan. Karenanya, perlu dicari kebohonan apa lagi yang pernah dilakukan Mbak Ratna. Apakah sudah meminta maaf. Belum terdengar dimintai maafnya. Boleh jadi karena perbuatan bohong-bohong sebelumnya tidak terungkap.
**
Jika saja kisah Mbak Ratna Sarumpaet itu diangkat dalam kesenian lenong, yaitu sebuah sandiwara tradisionl Betawi, tentu akan lebih menarik dari kejadian sesungguhnya. Alasannya, orang yang tampil garang dapat diubah dengan pembawaan kalem, ramah dan kocak dengan sorot mata beringas. Politisi buas pun keder, ngeri.
Dalam suatu acara di layar kaca, Ratna yang sudah ketahuan "belangnya" pernah berucap: Kebohongan disampaikan terus-menerus, berulang-ulang dianggap sebagai hal biasa yang berpotensi menjadi sebuah kebenaran". Itu kata seorang pembohong yang belakangan mengakui kebohongannya.
Pada pementasan lenong, seseorang yang bicaranya berapi-api sambil berbohong di berbagai kesempatan juga dapat diubah. Ia pun dapat dipaksa tidak nyinyir lagi, tapi tampil dengan celoteh penuh petuah. Ia bisa tampil keren dengan sisik tembakau di mulut seperti ketika seorang nenek tengah makan sirih. Ia bisa membawakan peran seorang ustazah. Hal ini sejalan dengan kesenian ini yang diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan.
Apa solusinya?
Ya, mengombinasikan musik khas Betawi itu dengan musik tortor, dangdut dan pop. Hal ini sejalan dengan zaman modern. Anak zaman now dijamin akan lebih tertarik. Mengingat lagi skenario lenong umumnya mengandung pesan moral. Di antaranya menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa dialek Betawi. Cocok untuk dilakoni oleh para badut.
Kita pun kini menyadari bahwa kesenian lenong sudah terlanjur dilupakan masyarakat Betawi. Maka agar lebih menarik generasi mudanya perlu ada perubahan nama agar lebih keren terdengarnya. Misalnya: lenong rumpi, lenong modern, lenong jingkrak, lenong nusantara.