Sejatinya musibah di Palu dan Donggala (Sulawesi Tengah) ada tiga jenis: gemba bumi, tsunami dan naiknya lumpur dari permukaan tanah. Ini sangat dahsyat.
Sangat disayangkan di kalangan sebagian warga Jakarta terdengar suara bernada negatif menyikapi musibah itu. Disebut bernada negatif karena musibah itu dimaknai sebagai balasan Tuhan terhadap penduduk.
Katanya, di sana tempat persembunyian teroris setelah Poso berhasil dikuasai tentara dan polisi.
Tuhan tengah marah terhadap teroris dan imbasnya penduduk ikut terkena. Sangat wajar kalau gempa bumi tersebut terjadi di kawasan itu karena Allah marah.
Pemahaman bernada miring itu tentu tepat kalau kita menengok orang-orang yang betul-betul mendurhakai Allah, sang Maha Agung dan Pencipta. Antara lain seperti Firaun dan kaum Nabi Nuh yang tak mengindahkan ajarannya.
Kita harus berpandangan positif bahwa musibah, - apa pun bentuknya seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir dan peristiwa mengenaskan lainnya - semata-mata atas kehendak-Nya. Allah itu maha pengasih lagi maha penyayang dan ketika musibah itu datang harus dimaknai sebagai ujian bagi manusia.
Ujian manusia bisa berentuk antara lain rasa takut akan kematian, takut sakit, kekurangan makanan dan kehilangan harta, kehilangan sanak keluarga, anak dan isteri tercinta. Dan karena cinta-Nya itulah manusia diberi cobaan sampai sejauhmana kekuatan takwa dan imannya kepada Allah.
Jangan mengaku sebagai orang beriman kalau tidak kuat menghadapi cobaan. Coba saksikan, kalau anda menderita sakit dan kemudian berpaling dari Allah. Maka, hal itu pertanda keimanannya diragukan. Namun bila mensyukuri bahwa sakit itu datangnya disebabkan rasa cinta kepada Allah, maka sangat elok kita menyembutnya dengan ucapan Alhamdulillah.
Sayangnya, ketika seseorang tertima musibah lalu memprotes tuhan. Padahal protes, sekalipun sampai keluar air mata darah, tidak akan mengubah keadaan.
Sejatinya, dalam kehidupan ini, Allah punya skenario terhadap kehidupan diri manusia. Termasuk musibah yang datangnya dari Allah berupa bencana alam itu. Â Dan setiap musibah dapat dipastikan ada hikmahnya. Coba perhatikan, ketika Gunung Galunggung meletus. Tiga tahun ke depan, tanah di kawasan setempat subur.