Orang yang menyaksikan punya pandangan miring dengan menyebut Lukman dan putranya tak punya rasa kasihan dengan keledai. Katanya, binatang kecil yang sayogianya dikasihani. Padahal keduanya tidak dalam keadaan sakit.
Lukman dan anaknya kembali mendengar celoteh orang bernada miring itu. Lantas, keduanya menuntun keledai bersama. Lagi-lagi komentar miring datang. Katanya, alangkah bodohnya anak dan bapak itu.
Sosok orang punya penyakit jiwa lebih banyak mengambil posisi nyinyir dalam menyikapi lingkungannya. Bisa jadi hal itu dilatarbelakangi perasaannya yang selalu tertekan.
Bisa jadi pula ia sering mengambil sikap tak nyaman. Ia cepat memberi reaksi minor terhadap peristiwa yang muncul tanpa melakukan cek dan recek. Seperti kala mereka mengomantari Lukman dan putranya bersama seekor keledai. Selalu saja ucapannya menyalahkan.
Memang, orang yang tengah gelap hati kadang tak sadar bahwa mereka tengah kehilangan jati dirinya yang sajati. Boleh jadi sudah tidak waras. Sebab, tidak lagi mensyukuri nikmat hidup. Padahal sudah banyak sekali nikmat yang sudah Dia berikan. Bagi kita, patut direnungkan, nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H