Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Eyang Utik Jangan Kirim Pembantu Cantik

14 Agustus 2018   15:09 Diperbarui: 14 Agustus 2018   17:32 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bercermin pada kejadian-kejadian sebelumnya, kini Somad tak lagi banyak bertanya kepada istrinya yang selalu membawa cermin kecil untuk membereskan warna lipstik di bibirnya pada setiap kesempatan. 

Somad bukan lagi sebagai kepala keluarga, tapi mengambil posisi sebagai pelayan. Ya, melayani seisi rumah agar kehidupan rumah tangga tenang, bahagia dan sejahtera. Dengan cara berfikir seperti itu, Somad hatinya dapat menjadi tenang.

Kini ia sudah sepekan tak masuk kantor. Ia mengalah memilih berada di rumah ketimbang istrinya yang berpotensi beresiko anak jadi korban. Alasan sudah disampaikan ke manajemen di kantornya, kurang sehat dengan menyertakan surat keterangan sakit dari dokter terdekat. Padahal badannya hanya sedikit demam lantaran terlalu lelah mengurus rumah dan anak-anak, terutama ke sekolah lantaran sopir penjemput dari sekolahnya tengah sakit pula.

Suatu sore ketika berkeliling kompleks perumahan, sambil berlari mengenakan pakaian olahraga, terinspirasi untuk kembali meminta bantuan mertua yang tinggal di Yogyakarta.

"Iya, apa salahnya meminta bantuan. Eyang Utiknya anak-anak, kan selalu membantu kala pembantu di rumah tidak ada," pikirnya sambil berlari dengan keringat yang terus mengalir dari badannya.

Somad berharap dengan berolahraga badannya tetap bugar. Tetap sehat sehingga ia dapat beribadah lebih baik lagi, memberi pelayanan kepada anggota keluarga lebih bagus meski ketika berhadapan dengan Maisyaroh terpaksa muka harus sedikit menunduk. 

Jika terlihat bicara bernada tinggi, bisa jadi suara isterinya bakal bagai radio transistor zaman dulu yang tengah rusak karena baterai soak.

Maka keputusan untuk meminta bantuan Eyang Utik mendatangkan pembantu diputuskan. Namun ada kendala, ia harus meminta izin dari isterinya lebih dahulu. Kalau ia berkenan, jika tidak, maka bisa jadi langkah mengundurkan diri dari pekerjaan harus diambil. "Malu dong, berlama-lama tidak kerja dengan teman-teman," pikir Somad dalam hati.

**

"Boleh. Boleh datangkan pembantu. Tapi, ongkos transportasi, gajinya dan sebagainya abang yang bayar," Maisyaroh menyatakan persetujuannya.

Somad pun siap-siap mengontak Eyang Utik. Sudah tentu, seperti juga pengalaman sebelumnya, berbagai syarat yang disampaikan isterinya menjadi catatan tersendiri dan harus dipenuhi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun