Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Fanatik dengan Batik sebagai "Outfit" Kesayangan

6 Agustus 2018   14:40 Diperbarui: 7 Agustus 2018   08:51 2285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis ikuatan rumah batik. Foto | Dokpri

Sejak itu, penulis sering membeli baju batik. Tentu pada awalnya untuk memenuhi kebutuhan tugas sehari-hari. Tapi, kemudian, kok menjadi gemar dengan batik. 

Kalau ada orang mengenakan batik, yang diperhatikan adalah motif dan potongan jahitannya. Lebih repot lagi, saat menyaksikan para penggede mengenakan batik terlihat keren, ada dorongan untuk mencari tahu. Dimana dijual batik itu. Pendek kata, suka "ngiler" melihat batik.

Beruntung penulis sering bepergian ke berbagai daerah. Meski tak lagi bertugas di istana, halangan untuk mendapatkan batik berkualitas mudah dijangkau. 

Dari harga ekonomis hingga batik sutera, kala keinginan kuat datang untuk memilikinya, ya dibeli. Pikir penulis, daripada penasaran tak terbayar. 

Penulis pun tahu bahwa batik dari Papua kebanyakan dibuat di beberapa pusat kerajinan batik di Pulau Jawa, lantaran motifnya bagus, ya dibeli.

Belum puas dengan satu motif saja. Foto | Dokpri
Belum puas dengan satu motif saja. Foto | Dokpri
Nah, sesudah dapat batik pilihan terbaik, bolelah tertawa. Foto | Dokpri
Nah, sesudah dapat batik pilihan terbaik, bolelah tertawa. Foto | Dokpri
Motif batik dari berbagai daerah nyatanya tak kalah dengan batik-batik dari Pulau Jawa. Yogyakarta dan Solo memang masih terasa punya kelas. Bisa jadi karena peradaban Jawa tidak lepas dari batik. Coba perhatikan, para pengawal istana kerajaan, tak pernah lepas dari batik.

Penulis pun kini merasa bersyukur, Indonesia nyatanya memiliki ragam batik beken. Ketika berlangsung KTT ke-6 APEC di Istana Bogor, Indonesia, pada 15-16 November 1994 para kepala negara yang hadir ikut mengenakan baju batik.

Keren deh saat itu. Pada KKT tersebut dihasilkan deklarasi yang memuat kesepakatan-kesepakatan umum para pemimpin APEC. Kesepakatan itu kemudian dikenal juga Bogor Goals, nama lain dari APEC Economic Leaders Declaration of Common Resolve.  

Kita patut bangga batik Indonesia makin kesohor. Siapa pun kini mengakui bahwa warisan seni budaya yang luar bisa - tersebar dari Sabang sampai ujung Papua,  Merauke - memiliki corak yang indah. 

Batik juga ikut penopang ekonomi masyarakat. Dan, industri batik menjamur di berbagai daerah dengan coraknya masing-masing. Disusul lagi hadirnya penggiat batik yang kreatif. 

Salah satu kawasan pemukiman di Yogyakarta yang jadi pusat bisnis batik. Foto | Dokpri
Salah satu kawasan pemukiman di Yogyakarta yang jadi pusat bisnis batik. Foto | Dokpri
Bisnis ikuatan rumah batik. Foto | Dokpri
Bisnis ikuatan rumah batik. Foto | Dokpri
Batik Indonesia kini sudah termasuk warisan seni budaya yang sangat luar biasa. Puncaknya, ketika PBB melalui kongres UNESCO di Abu Dhabi mengukuhkan batik Indonesia sebagai satu warisan budaya manusia yang begitu representatif sehingga harus dijaga dan dilestarikan secara turun temurun. Itu artinya batik Indonesia sudah menjadi warisan budaya dunia yang hegemonial dan sah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun