Petugas paham betul. Ia tidak melarang wartawan masuk tidak mengenakan dasi dan batik saat itu. Sebab, wartawan tak langsung menuju tempat acara atau ruang wartawan.Â
Mereka akan "ngeloyor" ke toilet untuk mengganti baju. Jaket yang biasa digunakan ketika bermotor dilepas. Lantas, diganti dengan pakaian batik atau baju lengan panjang berdasi.
Wuih, di situ wartawan berkaca di kamar kecil berputar-putar seperti puteri raja. Ah, jadi ingat Lilis Suryani, penyanyi terkenal yang juga membawakan lagu berjudul Gang Kelinci. Penyanyi kelahiran Jakarta pada 22 Agustus 1948 itu wafat 7 Oktober 2007 di Jakarta.
Kembali kepada tampilan dengan batik tadi, setelah berkaca dan diri merasa keren, barulah keluar dari kamar kecil itu. Lantas, cepat-cepat bersama rekan lainnya menuju tempat acara.Â
Di sini biasanya jadwal kegiatan menerima tamu sudah ditata apik. Tepat waktu sudah pasti. Tamu usai diterima wapres, barulah keluar. Lalu ia mengeluarkan pernyataan, apa saja yang disampaikan kepada wakil presiden tadi.
Biasanya para tamu mengeluarkan pernyataan sebatas apa yang dibicarakan dengan wapres. Tapi, dengan berbagai cara, diluar pokok pembicaraan tadi juga ditanyai. Kalau beruntung, dapat pernyataan yang "menjual". Kalau lagi apes, pernyataannya cuma datar-datar saja.
Karenanya, pandailah memainkan isu sehingga kala mengajukan pertanyaan sang tamu bisa membuka mulut dengan pernyataan bernilai aktual dan menjual. Nah, kerenkan. Sekeren dengan pakaian batik yang dikenakan, tentu.
**
Ketimbang mengenakan baju (putih) lengan panjang dan berdasi, penulis lebih menyukai memilih mengenakan batik. Mengapa? Alasan awalnya karena mengenakan batik lebih praktis.Â
Di kamar kecil, baju yang disimpan di ransel tinggal diambil. Buka ransel, tinggal pakai. Berbeda dengan baju lengan panjang dan keharusan mengenakan dasi. Wuih "rempong-nya" ampun. Masang dasi di leher saat itu terasa nafas sesak. Meski sudah mahir, tetap saja terasa ribet.