Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berobat Stroke di Koramil 2101 Sukaraja, Kok Bisa?

27 Juli 2018   08:12 Diperbarui: 27 Juli 2018   10:56 10732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika disebut pasien merasa seperti kesentrum, penulis jadi terdorong untuk mencari tahu. Apa betul para pasien di sini distrum listrik?

Nyatanya, memang iya.

Seorang ibu tengah diterapi. Foto | Dokpri
Seorang ibu tengah diterapi. Foto | Dokpri
Stroke ringan dan berat, pokoknya dibantu. Foto | Dokpri
Stroke ringan dan berat, pokoknya dibantu. Foto | Dokpri
Pengakuan anak buah Kapten Tatang, Harto, energi listrik memang digunakan disini. Lantas, penulis pun menelusuri aliran listrik dari stop kontak yang dihubungkan ke kaki pemijit. Kabel di kaki pemijit dan pasien dihubungkan ke lempengan tembaga secara terpisah. Dua lempengan tembaga ini dibungkus kain Kanebo lembab (positif dan negatif).

Ketika memijit, pemijit memanfaatkan aliran listrik dengan cara menginjak. Kadang dilepas. Sementara aliran listrik ke pasien (melalui kabel warna merah) tetap diinjaknya. Jadi, aliran listrik baru mengalir kala sang pemijit menginjak lempengan. Aliran listrik mengalir melalui tubuh pemijit dan diarahkan ke bagian sakit pasien.

Hebat, kan?

Energi baik dari listrik ini sesungguhnya hanya sebagai instrumen pendukung pengobatan. Sejatinya, di telapak tangan manusia itu mengandung kekuatan yang sangat luar biasa. Jika dioptimalkan, akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak. Tapi, tentu, cara praktek memijit itu tak bisa ditiru orang semabarangan. Mengapa?

Anak buah Kapten Tatang yang melakukan praktek memijit itu tidak hanya belajar mengantarkan ilmu aliran listrik ke pihak orang yang ditolongnya. Ia juga belajar ilmu secara khusus, termasuk anatomi manusia.

Mennti diterapi. Foto | Dokpri
Mennti diterapi. Foto | Dokpri
Kapten Tatang T tengah melatih pasien berjalan. Foto | Dokpri
Kapten Tatang T tengah melatih pasien berjalan. Foto | Dokpri
"Saya awalnya belajar ilmu laduni. Setelah itu, ilmu beladiri. Barulah beranjak kepada pengobatan yang saya turunkan kepada anak buah di sini. Mereka awalnya, ketika belajar, saya suruh berpuasa 21 hari," ungkap Kapten Tatang kepada penulis.

Praktek mijat di kantor Koramil 2101 Sukaraja ini menimbulkan pertanyaan bagi penulis. Apakah Kapten Tatang dapat izin dari atasannya?

Penulis sangat khawatir pengabdian Kapten Tatang di kantornya tidak mendapat restu pimpinanan. Semoga saja pendapat penulis ini salah.

Tapi dari sisi kesalehan sosial, penulis merasa banggsa. Kapten Tatang dan anak buahnya patut diberi apresiasi. Sebab, Kapten Tatang yang sudah membuka praktek di situ dua tahun silam dalam bekerja tidak mengganggu kedinasan. Selain itu, pasien berobat bisa membayar sesuka hati. Artinya, bayar seikhlasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun