Lantaran rendahnya animo arisan para bapak itu, maka ketua RT setempat tidak bisa mengandalkan informasi dari para bapak. Apa lagi punya kepedulian dengan kepentingan peningkatan ekonomi, untuk urusan kebersihan jauh kalah perhatiannya dengan Ibu Wati.
**
Ramadhan bagi Ibu Wati merupakan bulan penuh berkah dan diisi dengan ibadah. Selain ia harus melaksanakan puasa dan ritual agama sebagaimana dilakukan umat Muslim, seperti shalat tarawih, juga mengisinya dengan kesibukan menyiapkan makanan nasi kotak untuk berbuka dan sahur.
Bukankah menyediakan makanan untuk orang berpuasa berpahala. Beranjak dari kesalehan sosial ini, maka layaklah Ibu Wati mendapat apresiasi berupa  kadoumrohallianz.
Jika saja diberi kesempatan ibadah umrah oleh Allianz, tentu pemberian penghormatan itu dapat dimaknai sebagai amanah yang harus dijaga dan dipelihara. Sekurangnya bagi diri sendiri dapat mengukuhkan silaturahim  antarmanusia dan peningkatan ibadah kepada Allah. Hal itu adalah implementasi dari Hablum Minan-nas dan Hablum Minallah.
Ia bersama kelompok perempuan di Gang Haji Sirun, setiap pagi dan malam disibukan dengan membantu penyediaan nasi kotak untuk para petugas medis dan pekerja di salah satu rumah sakit. Pesanannya memang tidak terlalu banyak, hanya kisaran 200 kotak.
Pesanannya memang tidak terlalu banyak, hanya kisaran 200 kotak. Setiap hari ia bersama para perempuan di situ ikut menyiapkan nasi kotak. Namun ketika panggilan tugas dari ketua erwe, ia bergegas datang. Lantas, pada Jumat petang, penulis menyaksikan ia membawa puluhan kotak THR bagi para petugas tingkat RT hingga RW.
Satu per satu rumah didatangi. Kotak THR disampaikan dan mendapat sambutan tawa si tuan rumah. Ibu Wati cuma mampu membalasnya dengan senyum lebar.
Pada Ramadhan ini pula, Ibu Wati tengah mempersiapkan diri sebagai petugas Panitia Daftar Pemilih (Pantarlih). Meski Pilpres waktunya masih jauh, namun persiapan sudah harus dilakukan.
"Jangan sampai ketika waktunya sudah dekat, pekerjaan dilakukan tergopoh-gopoh. Kalau sudah begitu, ya hasilnya lebih banyak lelah dengan kualitas tak memadai," Ibu Wati menjelaskan.