Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Puasa Kok Punya Babak Final?"

6 Juni 2018   23:17 Diperbarui: 7 Juni 2018   04:09 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragam cara ulama memotivasi  umat. Salah satunya menyebut bahwa kini Ramadhan sudah memasuki babak final. Wuih, seperti bermain sepakbola saja. Padahal umat ketika memasuki Ramadhan hanya punya persiapan 'pemanasan' berupa nisfu sa'ban. Sedangkan dalam cabang olahraga sepakbola, perlu kepanitiaan. Setelah terbentuk, ujungnya bermuara pada undian para peserta.

Dalam dunia sepakbola kadang kita dengar tim si A masuk pool atau grup 'neraka'. Sedangkan tim B masuk grup ringan, lantaran di atas kertas akan menghadapi lawan tim 'ayam sayur'. Sehingga, kala 'merumput' pada saat pertandingan sudah diperhitungkan tim A harus bekerja keras guna masuk babak berikutnya.  

Yang dimaksud grup 'neraka', dalam terminologi olahraga yang tidak pernah dijumpai itu, dimaksudkan bahwa tim atau kesebelasan A tadi akan menghadapi lawan-lawan berat dalam babak penyisihan. Lawan berat atas prediksi si reporter dengan mendasari data statistik tim lawan dalam beberapa pertandingan sebelumnya.

Sedangkan tim 'ayam sayur' -- sebuah istilah yang juga tidak ada dalam terminologi olahraga -- maksudnya adalah kesebelasan lemah lantaran pemainnya pun tidak cukup baik dari sisi kualitas dan soliditas. Karenanya, tim B akan melenggang, mudah mencapai semi final karena lawan yang dihadapi adalah kesebelasan lemah.

Lantas, apakah dalam puasa ulama juga melakukan undian. Tim mana saja yang berhak ikut kompetisi dalam Ramadhan yang masih berlangsung itu ? Aneh, tidak tahu aturan permainan sepakbola kok menyebut pada Ramadhan ini ada babak finalnya.

Menurut penulis, undian seperti sepakbola sih ya jelas nggak ada. Lagi pula tidak semua ulama paham aturan main sepakbola, ada : offside,  peran penjaga gawang, pemain sayap kanan dan kiri, libero dan lainnya. Penulis yakin, tentang aturan bola, ulama yang memahami aturan ini masih sedikit. Gus Dur dan Gus Mus, mislanya, boleh lah diajak diskusi tentang bola.

Eh, jadi ngelantur?

Dalam realitasnya di Ramadhan ini, penulis berfikir, ternyata memang ada seleksi bagi peserta siapa saja yang berhak ikut kompetisi selama Ramadhan berlangsung.  Yaitu, jelas umat Muslim dan anak-anak yang sudah akil balig, dewasa dan waras.

Jelas dong, orang gila tidak diperkenankan ikut. Jika ia masih gila bola, yah boleh lah ikut berpuasa.

Kita pun maklum, dua pekan menjelang Ramadhan, seluruh peserta sudah harus bersiap berkompetisi dengan puasa. Hal itu ditandai berupa nisfu sya'ban.  Syaban mempunyai keistimewaan, yakni ada satu hari yang utama. Nisfu Sya'ban atau pertengahan bulan Sya'ban jatuh pada Selasa (1/5/2018). Ini sebagai hari 'pemanasan' menjelang Ramadhan dengan diisi ibadah dan berdoa.

Bagi yang selalu sibuk dengan pekerjaan sehari-hari, begitu mendengar saat itu memasuki Nisfu Sya'ban, maka jika yang bersangkutan memiliki keimanan yang baik akan menjadikan memontum itu untuk berdoa dan beribadah. Tentu, dalam doa tersebut di dalamnya terkandung agar yang bersangkutan diberi usia panjang untuk dapat menunaikan ibadah Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun