Meski Dibolak-balik, Kisah Ibrahim Tak Pernah Basi
Ustaz "Millennial" Mengajar Santri dengan Gawai
**
Islam tidak mengenal hukum karma dalam kaitan pengampunan Allah. Pemahaman umum, karma memang memiliki dimensi luas, hukum sebagai sebab-akibat. Â Jika seseorang melakukan perbuatan dosa, maka ia tidak bisa melepaskan diri dari tanggung jawab atas perbuatannya itu. Â Suatu perbuatan kejahatan (dosa) akan mendapat ganjaran serupa. Lambat atau cepatnya balasan itu, tidak diketahui tetapi diyakini pasti akan dialami. Apakah balasan perbuatan dosa itu akan diterimanya sendiri, bisa jatuh kepada anggota keluarga atau anak dan cucu di kemdian hari.
Penulis tidak punya kompetensi menjelaskan tentang karma menurut keyakinan agama lain. Penjelasan di atas tentu masih dangkal. Tetapi dari sudut Islam, seseorang yang berbuat kejahatan (dosa) besar sekalipun akan mendapat pengampunan.
[2:186] Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
[25:68] Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),
[25:70] kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[25:71] Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
Dari surat Surah Al-Baqarah ayat 186, Al-Furgan ayat 70 dan ayat 71, jelas pemahaman dalam Islam tentang perbuatan kejahatan sadis sekalipun akan mendapat pengampunan. Dengan catatan, ia bertaubat dengan yang sebenar-benarnya. Dalam bahasa lain, melakukan Taubatan Nasuha. Yaitu, tobat yang semurni-murninya. Bukan tobat makan sambal, usai makan merasa kapok esoknya diulangi lagi. Â