Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penguatan Islam Rahmatan Lil Alamin Bagian dari Pancasila

2 Juni 2018   06:56 Diperbarui: 2 Juni 2018   08:28 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Garuda Pancasila di Taman Budaya Tionghoa-Indonesia TMII, sumbangan Sri Sultan Hamengkubowono X. Foto | Dokpri

Sayangnya, upaya positif ini kurang mendapat sambutan positif. Minimnya dana jadi salah satu penyebabnya. Padahal, penguatan Islam Rahmatan Lil Alamin sejatinya juga bagian dari Pancasila.

Mengapa jadi bagian dari Pancasila? Ya, lihat saja butir-butir Pancasila. Kala di zaman Orde Baru, penulis ketika ikut penataran P4 (Pedoman , Penghayatan, Dan Pengamalan Pancasila) selalu diingatkan bahwa Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Dulu, bila tidak hafal butir-butir Pancasila (ada 45 butir, berdasarkan Tap MPR No I/MPR/2003), bakal mengalami kesulitan, utamanya bagi pegawai negeri sipil. 

Nah, untuk zaman 'now', kita berharap ada upaya nyata dalam menangkal radikalisme dan intoleran dari seluruh pemangku kepentingan terkait.

Catatan: sumber bacaan satu dan dua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun