Loh, apa kaitannya teroris dengan puasa. Mau puasa atau tidak, tentu tidak punya kepentingan bagi orang lain yang menjalani puasa. Apa lagi puasa Ramadan. Bukankah puasa wajib yang satu ini sifatnya sangat pribadi, menyangkut hubungan diri seseorang kepada Sang Pencipta, yaitu Allah. Kalaupun ia berbohong, pura-pura menjalani ibadah puasa, yang tahu dirinya dan Allah semata.
Lagi pula mustahil bin mustahal seorang teroris itu mampu menjalani ibadah puasa dengan benar. Tanpa bermaksud mendahului, Â seorang teroris mulai pikiran, Â hati dan tindakannya tidak berbanding lurus dengan realitas, yang kebanyakan orang mengajak pihak lain selalu mengedepankan ketaqwaan kepada Sang Maha Pencipta, Allah SAW.
Betul. Ada sebagian orang berpendapat, ibadah yang tidak diketahui orang lain adalah puasa. Sebab, dalam kehidupan sehari-hari, bahwa orang puasa itu tidak bisa diukur atau dilihat dari tingkah lakunya. Yang bersangkutan bisa saja tidak mengerjakan makan dan minum di luar ketentuan, sopan dan menjaga kata dan perbuatan. Tapi, ketika ia makan dan minum di kamar seorang diri, hanya Tuhan yang tahu.
Puasa (shaum) esensinya menahan diri dari suatu perbuatan. Itu menurut pengertian bahasa. Menahan diri dari perbuatan apa? Yaitu dari segala perbuatan yang membatalkannya: makan, minum dan berhubungan badan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Termasuk perbuatan yang tidak diridhoi Allah.
Sayogyanya, puasa itu mulai dari hati, pikiran dan tindakan harus dapat berjalan lurus dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Nah, jika mengikuti alur pikir dari pengertian ayat tadi, jelas saja para teroris itu -- apa lagi pelaku pemboman bunuh diri di tiga gereja Surabaya, baru-baru ini -- jelas-jelas sudah termasuk kelompok manusia yang tidak mampu menjalani puasa.
Mengapa? Ya, lantaran belum memasuki Ramadan saja, mereka itu (teroris) sudah tidak mampu menahan diri. Jangankan meningkatkan kesalehan sosial bagi warga sekitar, untuk mengajarkan ibadah untuk anggota keluarganya saja tidak dilakukan.
Penulis bukanlah seorang ulama, tetapi ingin berbagi tentang pentingnya puasa. Di sini penulis membatasi diri seputar puasa wajib. Yaitu pusasa Ramadan. Sedangkan jenis puasa dan puasa-puasa sunah biarlah menjadi domain para ustaz kondang.
Syarat wajib puasa, yang penulis ketahui itu di antaranya beragama Islam. sudah menginjak usia baligh (mukalaf/terbebani syarat), berakal sehat, mampu berpuasa (tidak dalam keadaan udzur), tidak dalam keadaan bepergian jauh (safar), dan bagi perempuan dalam kondisi suci dari haidh dan nifas.