Menjaga kebugaran selama menjalani puasa bukan pekerjaan mudah. Buku berisi nasihat atau petuah di masjid dan musholah yang disampaikan para dai atau ulama tidak akan membuahkan bila orang bersangkutan tidak membuka mata, telinga dan hati.
Ketika seseorang tengah marah dan dicegah untuk menahan diri agar tidak membuat tindakan merusak, akan sulit membuahkan hasil. Sebab, orang bersangkutan tengah tinggi emosinya. Demikian pula bagi seseorang pemalas kemudian diingatkan untuk rajin, tidak bisa dilakukan dengan cara kekerasan. Ujug-ujug mengajak seseorang membuka diri menerima nasihat perlu dilakukan secara persuasif.
Pendek kata, pemberi nasihat bagi seseorang di rumah ibadah - seperti masjid dan mushola - sangat diharapkan yang bersangkutan punya perilaku baik dan dapat diteladani masyarakat. Jadi, penasihat atau dai sayogianya selain memiliki ilmu pengetahuan luas, mumpuni, juga sepak terjangnya dapat dijadikan teladan bagi masyarakat.
Demikian halnya menjaga kebugaran. Dan mumpung dalam waktu dekat akan memasuki puasa di bulan suci, Ramadhan 1439 H, tidak berlebihan jika penulis mengajak bagaimana seharusnya kita menjaga kebugaran tubuh sehingga selama menjalani puasa sebulan penuh badan tidak loyo.
Baca juga:
Lansia Bisa Kurangi Beban Negara
Kisah Pasien BPJS: Kapan Lansia Berobat dengan Nyaman?
Pokoknya, badan harus terasa 'perkasa'
Badan 'loyo' selama menjalani puasa bukan hanya dialami kalangan usia muda, seperti anak muda usia di bawah 40 tahun, tetapi juga lebih sering terjadi pada kalangan orang lanjut usia. Bagi orang lanjut usia jelas (Lansia) mereka mengalami degradasi kesehatan, diawali dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat.