Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembelajaran dari Tukang Duplikat Kunci

3 Mei 2018   16:16 Diperbarui: 3 Mei 2018   16:44 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tertawa lepas usai bekerja, pelanggan pun senang. Foto | Dokpri

Kamis pagi (3/5/2018) merupakan hari ujian bagiku. Ini tidak ada kaitannya dengan ujian nasional (UN) atau pun hari pendidikan yang baru diperingati beberapa hari lalu. Ujian yang kumaksud adalah seberapa sabar diri ini ketika menghadapi pintu mobil dalam keadaan terkunci, sementara kunci masih menggelantung di tempat staternya.

Pada saat bersamaan, pagi itu juga, diri ini dituntut untuk menunaikan kewajiban mengantar orang tua ke rumah sakit dan isteri ke kantornya. Rasanya berdosa. Sebab, kunci mobil tertinggal di dalam akibat kelalaian diri sendiri. Seusai mematikan mobil di teras rumah, kuncinya tidak dicabut. Malah, pintu mobil ditutup 'gabruk'. Sore hari, mobil tidak dikontrol. Disentuh pun tidak, dibiarkan begitu saja.

Kala hendak bekerja, ya tentu, kelabakan mencari kunci mobil. Orang seisi rumah ditanyai satu per satu dan dimintai tolong untuk mencarinya. Saat diintip dari kaca jendela mobil, barulah nampak kunci masih menggelantung dengan pintu mobil terkunci rapat.

Tengah serius bekerja. Foto | Dokpri
Tengah serius bekerja. Foto | Dokpri
Hampir dua jam waktu dibuang habis untuk mencari kunci cadangan. Memang, saat membeli mobil dalam keadaan baru,  dealer memberi kunci cadangan. Celakanya, kunci cadangan pun terlupa, entah dimana menyimpannya.

Beruntung tetangga lewat di depan rumah. Saya pun meminta bantuan. Atas sarannya, ia minta mengaktifkan komputer dan membuka Youtube. Lalu, pintanya, cari cara membuka pintu mobil terkunci, dengan kunci stater berada di dalamnya. Benar dijumpai, misalnya dengan cara menggunakan tali plastik diselipkan di pintu, menggunakan tas berisi udara dibantu dengan kawat dan masih banyak teknik lainnya.

Saya tak menggunakan contoh itu semua. Saran tetangga saya menggunakan penggaris panjang terbuat dari besi, sepajang 50 Cm. Tapi karena penggaris itu juga tidak ada, tetangga lalu membawakan triplek ukuran penggaris tadi. Dengan dibantu penggaris siku panjang 30 Cm yang diselipkan di sisi kaca jendela mobil, sedikit ditekan ke permukaan bagian kunci, lalu hanya beberapa detik pintu mobil dapat terbuka.

Hati merasa lega. Pintu mobil dapat dibuka tanpa harus merusaknya. Meski cara seperti itu, kata tetangga, banyak dilakukan para pencuri mobil. Karenanya, ia menyarankan, mobil hendaknya dilengkapi dengan kunci pengaman seperti kunci stang. Atau dengan cara lain memasangi kelengkapan alaremnya.

Sesekali senyum melayani pelanggan. Foto | Dokpri
Sesekali senyum melayani pelanggan. Foto | Dokpri
**

Seusai memetik pengalaman dari kejadian itu, saya teringat dengan Engkoh Tukang Kunci yang menjadi langganan. Ia membuka praktek pembuatan kunci (duplikat) dengan peralatan cukup lengkap di kawasan Jalan Sabang - kini lebih dikenal sebagai Jalan KH Agus Salim - Jakarta. Saya tak tahu persis nama lengkapnya, tetapi ia sangat senang dengan panggilan Engkoh, lantaran bermata sipit seperti penulis.

Sudah puluhan tahun ia membuka praktek di situ. Engkoh tergolong orang penyabar dan murah melempar senyum kepada pelanggan meski mungkin usianya sama dengan penulis sekitar 60-an tahun. Tapi, yang jelas, dari sosok penampilannya ia gagah dan bugar.

Boleh jadi, pendapat penulis, Engkoh bisa berhasil dalam menjalankan bisnis membuat duplikat kunci itu disebabkan kesungguhannya ingin mengubah keadaan lebih baik dalam kehidupannya dengan cara membiasakan memandang diri sendiri dan tak mau menyalahkan orang lain.

Memang benar,  segala usaha pasti keuntungannya akan dipetik sendiri. Jika usaha itu dilakukan dengan cara buruk, maka akan berbuah keburukan. Bila usahanya ditempuh dengan cara halal dan baik, akan diberikan kebaikan pula.

Tertawa lepas usai bekerja, pelanggan pun senang. Foto | Dokpri
Tertawa lepas usai bekerja, pelanggan pun senang. Foto | Dokpri
Hal itu juga tidak lepas dari kesabaran Engkoh dalam berusaha. Sangat tepat sekali jika orang bijak mengatakan, sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri. 

Boleh jadi pula si Engkoh itu disukai banyak orang lantaran ia memiliki kesabaran dalam melayani pelanggan. Sebab, sabar dapat mengantarkan seseorang kepada keberuntungan. Si Engkoh ini, meski sudah tua, dapat bertahan dan sehat karena ia bekerja sesuai jalur-Nya. Ia tidak banyak tingkah dan akhirnya menggapai kebahagiaan yang diinginkan.

Dari cerita kunci yang tertinggal di dalam mobil itu, penulis dapat memetik pelajaran dari ujian tadi. Sabar dalam menghadapi ujian hidup ternyata sudah diperlihatkan si Engkoh Tukang Kunci (duplikat) itu. Tukang kunci ini bukan sekedar memahami bagaimana membuat kunci duplikat, tetapi diam-diam telah memperlihatkan kunci keberhasilan bagi setiap insan yang memang menghendaki ada perubahan dalam dirinya. Termasuk diri penulis sendiri.

Ia memaknai berubah tidak sekedar dalam artian fisik, tetapi meluruskan mata hati kepada sang pencipta dan menebar silaturahim bagi sesama. Meski kecil, mungkin hal itu juga dapat dijadikan kunci keberhasilan dalam kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun