Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rocky Gerung, Jika Kitab Suci itu Fiksi, Bagaimana dengan Isra Miraj?

13 April 2018   14:36 Diperbarui: 15 April 2018   09:42 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi umat Islam, Isra' dan Mi'raj merupakan peristiwa yang berharga karena melalui kejadian itulah perintah shalat lima waktu diwajibkan. Terlebih dalam sejarah para nabi tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.

Jika dikaitkan dengan pemahaman fiksi seperti yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tentu umat dapat dipastikan akan menolak bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj itu sebagai fiksi. Namun jika kata fiksi itu digunakan sebagaimana yang dimaksud Rocky, ya tentu akan terus menimbulkan perdebatan panjang. Penulis pun masih belum paham definisi tentang fiksi menurut versi Rocky.

Apalagi masyarakat masih berpegang kuat dengan pemahaman kata fiksi sebagaimana tercantum dalam kamus. Dan, selagi memasuki bulan Ruwah ini, di mana banyak umat tengah merayakan Isra' Mi'raj di berbagai tempat ibadah, penulis khawatir peristiwa penting itu ikut terseret dalam pemahaman keliru, sebagai peristiwa khayalan.

Kini yang penting, biarkan Rocky menjelaskan pemahamannya tentang fiksi. Bila perlu ia diajak berdiskusi dengan pakar bahasa. Beri dia keleluasaan sehingga tafsir tentang fiksi tidak dimonopoli sendiri. Dengan demikian peristiwa Isra' dan Mi'raj tetap dapat dipahami umat sebagaimana mestinya.

Rasulullah, Nabi Muhammad SAW memang sempat sedih tentang peristiwa yang dialaminya itu. Sebab, banyak orang yang tak percaya dengan hal ini. Banyak Muslim Makkah yang kafir karena tak percaya akan kejadian itu. Namun ada sahabat Nabi Muhammad SAW yang percaya, yaitu Abu Bakar.

Sahabat Nabi Muhammad SAW itu mengaku bahwa yang dikatakan oleh Nabi pasti benar. Lantas, Abu Bakar digelari as-Sidiq yang artinya percaya pada setiap perkataan Nabi Muhammad SAW.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun