Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mati dengan Sendirinya

24 Maret 2018   11:17 Diperbarui: 24 Maret 2018   13:22 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Dedi Djubaedi ketika bicara serius. Foto | Dokumen Pribadi.

Pertimbangan, Islam memiliki konsep peradaban yang spesifik, sedangkan demokrasi inkonsisten. Alquran 15 abad yang lalu telah menunjukkan cara berdemokrasi yang simpel, tetapi melampaui seluruh konsep dan gagasan demokrasi yang dikemukakan para ahli seperti telah dikemukakan. Nabi Muhammad saw. sebagai representatif manusia telah meletakkan nuktah fundamental berdemokrasi melalui visi Alquran. Prinsip berdemokrasi itu dapat dilihat dalam tata kehidupan Nabi Muhammad sebagai nabi dan kepala pemerintahan.

Pertama, bersikap lemah lembut; tidak memaksakan kehendak, bersikap proporsional. Kedua, mudah memberi maaf kepada orang yang hendak meminta maaf, seperti ketika kalah dalam perang Tabuk. Ketiga, meminta maaf jika bersifat keliru atau salah. Keempat, membuka ruang dialog, bertukar pikiran. Kelima, bertawakkul, senantiasa bersikap optimis dan penuh percaya diri, sekalipun tantangan membayangi setiap aspek kehidupan.

Jika umat Islam kembali kepada ajaran Islam dan merujuk idola mereka, Muhammad SAW, demokrasi bukan hanya retorika berpolitik. Demokrasi sejatinya hidup bersama dengan berkomitmen melaksanakan ajaran agama dengan benar dan konsisten. Andaikan di Indonesia setiap warga bangsa mengakui memiliki agama yang diyakininya, dan ditindaklanjuti dengan melaksanakan seluruh ajaran agama dengan baik dan konsisten, demokrasi ala Indonesia akan terwujud.

Jadi, sukses atau tidaknya Pilkada tahun 2018 dan Pilpres 2019 akan ditentukan oleh komitmen setiap umat beragama melaksanakan agamanya. Karena itu, bersantunlah dalam berpolitik. Tidak asal bunyi (asbun) ketika menyampaikan pesan di ranah publik. Selamat berdemokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun