Mince, sapaan akrab Aminah , karyawati sebuah kementerian, sering  memberikan kami buah erbis. Warga kawasan Parung Bogor, Jawa Barat, ini dengan susah payang membawanya ke kantor di kawasan Lapangan Banteng Barat, Jakarta.
Kadang ia membawa dua buah. Jika tengah panen, dibawanya dalam jumlah banyak dalam kondisi mengkal dan ada pula matang. Entah apa alasan ia sering memberi buah erbis kepada isteri penulis.
Awalnya penulis bertanya, buah apa ini? Melihatnya saja tak pernah. Mungkin pernah melihat sekilas di pasar swalayan, tetapi tidak terlalu memperhatikan. Kala melihat buah terasa asing, pikiranku menduga-duga lalu tertuju kepada buah impor.
Ternyata erbis, yang sering dibagi Mince itu adalah buah lokal. Ia menanamnya di pekarangan rumah. Mince menyebut, menanam erbis tidak membutuhkan perawatan 'rewel' karena memang cara menanamnya pun tidak memerlukan lahan khusus. Asal tanah memadai, cukup air, ya tumbuh subur.
Itulah sebabnya buah ini sering disebut dengan markisa besar. Buah markisa setidaknya ada ratusan jenis dan tersebar ke seluruh wilayah negara di dunia. Markisa jenis erbis sendiri berasal dari daerah tropis sekitar Amerika Tengah dan Selatan dan mulai menyebar di Indonesia di wilayah Sulawesi, terutama Makassar dan Sumatera Utara.
Pasti siapa pun banyak kenal jika disebut markisa. Sebab, buah yang satu ini sudah populer dan dijadikan minuman segar, sebagai buah tangan dari Makassar dan Medan.
Di kediaman Mince, jika dicermati pohon erbis tumbuh merambat, batang kecil memancang. Batangnya tidak kaku berbentuk segi empat. Pada batangnya itulah tumbuh daun dan bunga, juga sulur berbentuk spiral.
Saya tak dapat melukiskan dengan detil buah erbis ini. Yang jelas bentuknya lonjong, panjang sekitar 20 Cm. Â Diameternya sekitar 15 cm, sedangkan beratnya bisa mencapai 1-2 kg. Jika kita sering melihat pepaya, ya itulah bentuknya.
Buah erbis berongga. Di dalam rongga itu ada banyak biji, sama seperti buah markisa pada umumnya.
Buah erbis yang sudah matang, harum dan enak rasanya. Buah erbis jarang dimakan langsung. Biasanya daging buah erbis yang sudah dipotong-potong dicampur dengan sirup dan es, menjadi es buah.
Dari berbagai laman disebut bahwa bunga erbis adalah bunga tunggal. Artinya, dalam satu tangkai hanya ada satu bunga. Bunganya besar berwana ungu. Terdiri dari banyak helai yang membentuk mangkuk. Bunga erbis adalah bunga berkelamin dua (Hermafrodit). Di dalam "mangkuk" itu ada putik dan benang sari.
Penyerbukan bisa terjadi dengan sendirinya, bisa juga dengan bantuan serangga. Namun, biasanya pohon erbis yang ditanam di rumah, penyerbukannya dibantu oleh tangan manusia. Biasanya dengan bantuan lidi atau benda lainnya, manusia menyentuhkan putik ke benang sari.
Dulu, kebanyakan warga di berbagai tempat, pohon erbis dimanfaatkan sebagai peneduh dan hiasan rumah. Orang biasanya membuat pergola di atas teras, tempat batang erbis merambat. Teras rumah jadi tertutup oleh hijaunya daun-daun erbis dengan bunga-bunga erbis berwarna ungu.
Jika dipandang, buah-buah erbis yang bergelantungan membuat rumah terlihat lebih cantik. Â Itu di zaman "old", tapi di zaman "now" pohon erbis terasa sulit dijumpai. Animo warga menanam pohon erbis sudah berkurang. Padahal buahnya enak dikonsumsi.
Buah ini mengandung kalori, serat, vitamin C, vitamin A, zat besi, tembaga, fosfor, dan juga magnesium. Selain itu, juga mengandung kalium, beta karoten, sterol, alkaloid, triterpen. Jelas saja semua kandungan itu memiliki manfaat untuk tubuh.Â
Saya bukan ahli tanaman dan obat-obatan, tetapi di berbagai literatur tercatat manfaat mengonsumsi erbis seperti: Â menenangkan syaraf, anti-kejang, mencegah kanker, menyehatkan pencernaan, anti-oksidan, obat penderita asma, mengatasi batuk kronis, menyehatkan mata, menjaga kesehatan jantung, Â membantu program diet.
Termasuk pula berkhasiat menurunkan kolesterol dalam tubuh, mengontrol gula darah, mencegah penyakit jantung, anti-inflamasi, meredakan nyeri pada penderita osteoarthiritis lutut.
Wah, banyak sekali manfaatnya buah yang sering dikirim dari Mince itu. Nah, karena manfaatnya itu demikian besar, isterku memanfaatkan erbis mengkal sebagai makanan manisan. Jelasnya, manisan buah erbis rasanya renyah dan enak.
Langkah awal, bersihkan erbis mengkal. Kupas, lalu dibersihkan (cuci). Pisahkan antara buah erbis dan biji. Biji yang sudah dipisahkan itu lalu direbus yang bermanfaat sebagai pengganti citrun zuur.
Citrun zuur adalah bahan kimia untuk memberi rasa asam pada makanan. Jadi, kita tak menggunakan citrun zuur pada makan yang diolah ini.
Biji erbis direbus bersama gula pasir (ukuran secukupnya). Boleh diberi pewarna makanan. Untuk warna ini, tergantung selera seseorang.
Sementara itu buah erbis yang sudah dibersihkan, lalu diiris-iris tipis. Ukurannya, juga tergantung selera. Setelah itu, irisan buah erbis direndam dengan air kapur sirih (sebanyak 1 sendok teh). Irisan erbis ini direndam sekitar 1 jam. Setelah itu dicuci bersih (dibilas), kemudian ditiris, airnya dibuang.
Bila sudah siap, dalam satu wadah, erbis yang sudah direndam air kapur tadi tinggal diberi air gula campuran biji erbis. Cara menuangkan air gula tentu harus disaring, sehingga biji erbis tidak ikut masuk ke irisan erbis.
Setelah air gula tercampur dengan irisan erbis itu, maka tinggal diaduk-aduk merata agar gula meresap pada irisan erbis. Maka, selesailah proses membuat manisan erbis. Rasanya, renyah, gurih dan sedap.
Terima kasih Ibu Mince atas kiriman erbisnya. Silahkan anda mencoba.
Sumber bacaan : Â satu, dua dan tiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H