Abang becak abang becak di tengah jalan
Cari muatan untuk mencari makan
Putar-putar putar-putar kaki mengayun
Pergi jauh keringat pun lalu jatuh
Dari pagi hingga matahari terbenam
Barat Timur Selatan serta Utara
Hujan panas tiada merintangimu
Abang becak abang becak abang becak
***
Ketika masih kecil, Yakub mengaku punya teman putus sekolah. Temannya itu yang bernama Aak tak mau bersekolah lagi seusai menamatkan sekolah lanjutan pertama. Pasalnya, orang tua Aak adalah juragan pemilik becak di tempat tinggalnya.
Orang tua Aak, yang biasa dipanggil Bang Ijo, punya 25 beca dan disewakan kepada warga pendatang dari kampungnya, daerah Kerawang dan Subang. Para pendatang itu tinggal di rumah kontrakan milik Bang Ijo, yang berdiri berderet bagai petak panjang.
Aak tidak tertarik untuk melanjutkan sekolah karena merasa senang menggayuh becak. Mengoperasikan becak terasa menyenangkan. Ia makin menikmati indahnya menarik becak dan sering bercerita perjumpaannya dengan para waria di malam hari.
Kala becaknya ditahan pihak berwajib, Bang Ijo turun tangan dan menebusnya di kantor polisi. Aak memang sering ditahan polisi karena sering melanggar rambu lalu lintas dan menerabas lampu merah.
Yakub masih ingat para abang becak yang tinggal di rumah kontrakan Bang Ijo sering berkelahi. Â Kalau hal itu terjadi, dapat dipastikan setoran sewa beca tidak bakal masuk ke tangan Bang Ijo.
Bisnis sewa becak yang dilakukan Bang Ijo kemudian mengalami kemunduran. Pasalnya, becak miliknya banyak diangkut petugas tanpa penganti. Beca-beca milik Bang Ijo kemudian dibuang ke laut dengan alasan untuk dijadikan rumah ikan, rumpon.
Sementara usaha rumah kontrakan berganti penghuni, lebih banyak ditempati para buruh pabrik. Lama-lama dijual satu per satu untuk memenuhi biaya tebusan anaknya, Aak yang berada di rumah tahanan karena ia melakukan perbuatan asusila.
Becak, pada zamannya, memang digemari banyak orang. Sampai-sampai Ibu Sud pun membuat lagu untuk anak-anak dengan syairnya sbb: