Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meski Pilkada Digelar, Menyuarakan Toleransi Tidak Boleh Mati

19 Januari 2018   10:14 Diperbarui: 19 Januari 2018   10:32 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Habib tergolong memiliki kepedulian tinggi, terutama dengan lingkungan dan ketertibannya. Bila kejadiannya menyangkut penganiayaan, tindak kekerasan kepada orang lemah, bisa jadi adu "jual-beli" pukulan dilayaninya. Sebab, Habib tergolong orang punya mental kuat, bukan pengecut.

Habib yang lahir di Cipinang Muara ini adalah orang punya nyali besar. Setelah Habib tiada, kapankah habib bernyali besar dan tokoh besar lainnya muncul dari Kampung Cipinang Muara?

Aku tak ingin Patung Gus Dur Dipersoalkan
Mencuatnya fenomena memprotes kehadiran patung membuat hatiku jadi tambah 'dag dig dug'. Khawatir protes dari kelompok penentang kehadiran patung raksasa dewa Kongco Kwan Sing Tee Koen di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, Jawa Timur, menginspirasi pihak lain 'ikut-ikutan' nimbrung tanpa disertai akal sehat menuntut patung Gus Dur pun dimusnahkan.

Bisa jadi karena terinspirasi protes tersebut, ke depannya setiap patung, apa pun bentuknya yang dibangun, diprotes. Apakah bentuknya buah-buahan, beragam binatang seperti macan, harimau, badak, lambang negara Garuda Pancasila dianggap sebagai perbuatan musyrik dari sisi agama.

Pernakah Anda mendengar anak sekolah menolak memberi hormat kepada bendara Merah Putih lantaran 'termakan' ajaran bahwa menghormati bendera sebagai perbuatan menyembah berhala?

Laman Jurnal Toddoppuli pernah mengangkat perihal ini. Penghormatan terhadap bendera dianggap sebagai tindakan musyrik, karena sama saja menghormati benda mati. Peristiwa ini terjadi di Karanganyar, Jawa Timur. Itulah sebabnya mengapa sekolah bersangkutan tidak pernah menggelar upacara setiap hari Senin.

Belakangan penolakan tersebut, seperti diungkap Kepala Kantor Kementerian Agama Karanganyar, Juhdi Amin, merupakan adopsi pihak sekolah dari Timur Tengah. Hal ini dibenarkan pula oleh salah satu pengurus MUI, KH Cholil Ridwan. Mereka itu memegang ajaran Wahabiyah, yakni ajaran yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1115 -- 1206 H/1701 -- 1793 M).

Pihak kepala sekolah SD Islam Sains Teknologi Al Albani dan SMP Al Irsyad menolak menghormati bendera. Mereka menilai penghormatan terhadap bendera adalah bid'ah yang mengarah kepada kemusyrikan. Sama halnya dengan ziarah ke makam.

Maka, jelas saja ajaran sesat tersebut telah merusak kehidupan anak-anak dalam bernegara.

Dan terkait berdirinya patung Kongco Kwan Sing Tee Koen, di Purwakarta, Jawa Barat, jauh sebelumnya telah mengemuka soal patung yang dibangun Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Hadirnya sejumlah patung di daerah itu belakangan oleh sekelompok warga yang mengatasnamakan tokoh agama dinyatakan sebagai perbuatan musyrik. Mengingat momentumnya mendekati Pilkada 2018, isu itu kemudian "digoreng" oleh sekelompok orang dan dijadikan komoditas politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun